SOLO,(Panjimas.com) – “Mereka (Pemkot dan dishub) mengatakan ini sudah dievaluasi, siapa yang diajak evaluasi? Kami msyarakat tidak pernah dilibatkan jadi kami masyarakat merasa ditipu” ucap Ustadz Muhammad Ali pengasuh Ponpes Ta’mirul Islam saat jumpa pers, Kamis malam (19/5/2016).
Menanggapi diterapkan kebijakan Sistem Satu Arah (SSA)di tiga ruas jalan yakni jl Dr Rajiman, jl Perintis kemerdekaan dan jl Agus Salim, Ustadz Muhammad Ali merasa alasan Pemkot maupun Dishub tidak masuk akal. Hal ini disampaikannya di markas SAR JABA Rescue, Tegalsari, Bumi, Laweyan, Solo setelah melakukan Sholat dan Do’a di Jl Dr Rajiman tepatnya selatan Ponpes Ta’mirul Islam.
“Mereka beralasan untuk mengurangi kecelakaan, ternyata justru dengan diterapkannya satu arah ini angka kecelakaan meningkat sampai 400 persen.” Ujarnya.
Ustadz Ali menyampaikan bahwa Dishub berdalih adanya SSA agar terbentuk kenyamanan dan ketertiban. Namun menurut beliau malah sebaliknya, bahwa di jalan kampung justru ramai dan rawan kecelakaan.
“Justru diberlakukan SSA ini malah jalan-jalan kampung jadi ramai, anak kecil di tengah kampung tidak berani main-main. Bahkan anak yang main sepak bola ditabrak, jalan kampung malah macet. Maka ini satu hal yang tidak masuk akal, tapi oleh mereka toh tetap diberlakukan” tandasnya.
Lebih lanjut Ustadz Ali merasa janggal atas kebijakan SSA tersebut, pasalnya ketika hal ini ditanyakan pihak Kelurahan dirinya mendapatkan jawaban SSA masih tahap uji coba.
“Mereka selalu menggunakan kalimat ini masih uji coba nanti akan dievaluasi ternyata kemarin kita pas adakan dialog dengan Dinas Perhubungan yang diwakili beliau bapak Baskoro, itu mengatakan ternyata setelah diberlakukan 30 hari diberlakukan sistem satu arah maka mulai diterapkan selamanya” jelasnya.
Ustad Ali khawatir jika SSA ini diteruskan akan muncul opini yang tidak baik bahkan mengarah pada isu SARA. Untuk itu dirinya memberi batas wakti bagi penanggung jawab kebijakan khususnya Pemkot Solo untuk membatalkan kebijakan SSA tersebut.
“Kami kawatir kalau kebijakan SSA tidak direspon dan tidak segera dirubah maka kami khawatir akan mengarah pada isu-isu SARA”tegasnya. [SY]