BEIRUT (Panjimas.com) – Pasukan Milisi Syiah Hezbollah Libanon mengatakan pada hari Sabtu (14/05/2016) bahwa Komandan Militer Tertingginya di Suriah Mustafa Badreddine tewas akibat serangan artileri yang ditembakkan oleh gerilyawan faksi oposisi Suriah di dekat Bandara Damaskus Suriah, dilansir oleh IINA.
Sebuah pemakaman militer diadakan baginya pada hari Jumat (13/05/2016) di Beirut selatan. Mustafa Badreddine, berusia 55 tahun, adalah salah satu pejabat tertinggi dalam kelompok milisi Syiah Hezbollah Libanon, dan ia dinilai oleh pemerintah AS bertanggung jawab atas operasi-operasi militer Hezbollah di Suriah, di mana ia berjuang bersama rezim Syiah Nushairiyah pimpinan Bashar al-Assad.
“Penyelidikan telah menunjukkan bahwa ledakan yang menargetkan salah satu basis kami [Hezbollah] di dekat Bandar Udara Internasional Damaskus, dan menyebabkan gugurnya Komandan Mustafa Badreddine, itu adalah akibat pemboman artileri yang dilakukan oleh kelompok Takfiri [tudingan bagi faksi Mujahidin Suriah oleh Syiah Hezbollah] di daerah itu,” demikian pernyataan juru bicara kelompok milisi Syiah Hezbollah.
Anehnya, Stasiun TV Lebanon al-Mayadeen sebelumnya melaporkan Mustafa Badreddine telah tewas dalam serangan udara Israel di Suriah.
Wakil Pemimpin Hezbollah Naim Qassem berbicara di pemakaman Badreddine, dan bersumpah bahwa kelompok itu akan terus berada di “jalan” yang diperjuangkan Badreddine, ia merupakan salah seorang Komandan militer paling senior Hezbollah yang tewas sejak tahun 2008.
Kementerian Keuangan AS sebelumnya menyatakan telah membuat rincian sanksi terhadap Badreddine tahun lalu dengan mengatakan bahwa ia dinilai bertanggung jawab atas operasi-operasi militer kelompok Syiah Hezbollah di Suriah sejak tahun 2011, dan Badreddine juga diduga telah menemani pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah selama pertemuan koordinasi strategis dengan Assad di Damaskus.
Untuk diketahui, Badreddine, adalah saudara ipar Komandan militer Hezbollah, Imad Moughniyah, yang didakwa oleh Pengadilan Khusus yang didukung PBB untuk Lebanon pada tahun 2005 karena terlibat dalam pembunuhan negarawan Rafiq al-Hariri.
Ia dijatuhi hukuman mati di Kuwait untuk perannya dalam serangan bom di sana pada tahun 1983. Ia melarikan diri dari penjara di Kuwait setelah Irak yang berada di bawah kepemimpinan Saddam Hussein, menginvasi negara itu pada tahun 1990. Selama bertahun-tahun, Badreddine mendalangi operasi militer melawan Israel dari Lebanon dan luar negeri. Ia berhasil melarikan diri dari penangkapan oleh pemerintah Arab dan pemerintah Barat dengan beroperasi secara sembunyi-sembunyi. [IZ]