SOLO,(Panjimas.com) – Ustad Felix Siauw (32) menjadi pembicara dalam kajian khusus muslimah yang diadakan oleh Majelis taklim Khadijah di masjid Nurul Iman Kalitan,Penumping, Laweyan, Solo, Juma’at pagi (6/5/2016).
Felix Siauw, di hadapan 500 muslimah Soloraya mengawali kajian dengan perkenalan dirinya yang merupakan warga keturunan Tionghoa dan seorang muallaf.
“Perkenalkan bapak ibu sekalian nama saya Felix Siauw, karena bapaknya ada cuma satu itu, Felix nama saya, Siauw marga saya. Nama asli saya Siauw Chen Kwok, ya nggak usah ibu-ibu diucapkan dan nggak usah diulangi karena itu tidak didesain untuk lidah orang jawa, ya”ucap Felix diikuti tawa peserta.
Felix yang menjadi muallaf sejak tahun 2002 tersebut sengaja membawakan materi berjudul “Antara Wahyu dan Nafsu”. Karena menurutnya masih banyak orang yang lupa tujuan hidupnya didunia.
“Lha kenapa Tema kali ini kita pilih, karena banyak sekali orang menjalani hidup didunia, tapi mereka lupa tujuan hidupnya didunia itu apa? sehingga mereka sering kali merasa hanya satu jalan menuju bahagia.”ucap Felix penulis buku Udah Putusin Aja.
Felix menanyakan pada peserta tentang apa yang dimaksud dengan bahagia, menurutnya kebanyakan orang mengartikan bahagia dengan ukuran materi. Namun sebenarnya letak kebahagiaan ada pada ketaatan terhadap Allah ta’ala.
“Kadang – kadang tanpa kita sadari walau kita nggak mau ngaku, bahagia itu sering kita kaitkan dengan materi, betul atau betul. Contoh nih, enak ya jadi ustad, kemana-mana naik pesawat, tidur di hotel gitu ya, makan direstoran gitu ya, pergi keluar negri. Kira-kira yang ngomong gitu itu pernah naik pesawat enggak? Pasti nggak pernah naik pesawat” ujar Felix yang lahir di kota Palembang.
Lebih lanjut Felix, mengatakan bahwa kata kunci dari bahagia adalah orang yang taat pada Allah itu orang bahagia begitupun sebaliknya. Jadi menurut Felix inti dari kajian tersebut adalah maksiat pada Allah pasti sengsara dan taat pada Allah pasti bahagia.
“Pertanyaannya sederhana ibu-ibu, orang hidup cari bahagia tapi lewat jalan maksiat pasti sengsara makanya judulnya adalah Antara Wahyu dan Nafsu. Intinya adalah kalo orang pakai Wahyu maka hidupnya akan bahagia, kalo pakai nafsu hidupnya akan sengsara. Contoh, orang pacaran kira-kira ngapain, pengangan tangan, belum nikah, belun akad, belum halal, sudah berani pegangan tangan sambil bilang i love you, dan sebagainya rayuan pulau kelapa itu. Pertanyaan sederhana, setelah dia nikah apa alasan dia gak berbuat begitu pada cewek lain? Bedanya pacaran dengan selingkuh apa, sama-sama belum halal, belum akad, belum nikah. Cowok yang biasa maksiat pacaran akan lebih mudah selingkuh setelah dia nikah, ceweknya pasti sengsara. Maka nafsu sengsara dan wahyu bahagia” jelas Felix.
Felix memberikan contoh-contoh lain berkaitan dengan wahyu dan nafsu yang mudah dipahami peserta dengan disisipkan candaan. Terlihat para peserta tertawa dengan penjelasan Felix tersebut. [SY]