SOLO, (Panjimas.com) – Dalam acara Grand Opening, Sebelas Maret Islamic Festifal (SIFT) 1437 H menggelar tabligh akbar bertema “ Intelectual Muslim and The Glory Of Indonesia” di masjid Nurul Huda di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ahad ( 1/5/2016).
Sebagai pembicara SIFT ternyata menggandeng Dr.Ir. Lukman Shalahuddin,M.Sc dan Ustadz Abdullah Haidir, Lc, meski dalam undangan awal akan menghadirkan Prof.Ahmad Mansyur Suryanegara penulis buku Api Sejarah.
Lukman mengawali pembicaraan bahwa intelektual muslim and the glory of Indonesia dua hal yang berkaitan, yang satu adalah pangkal dan yang lain tujuan. Menurutnya dalam Al Qur’an yang merujuk sebagai intelektual muslim adalah ‘Ulul ‘Albab. Sementara generasi emas di Indonesia adalah peran pemuda yang tangguh, beriman, dan bertaqwa.
“Jadi pembicaraan saya ini tentang generasi muda, pengganti, penerus pemimpin yang memiliki hati, pikiran dan mengamalkan iman dan ketaqwaan”ucap Lukman.
Lukman mengatakan bahwa pergantian generasi merupakan sunnatullah hingga datang seorang pembaharu setiap 100 tahun sekali, namun makin lama generasi makin merosot menurutnya karena alim ulama mulai berkurang.
“Misal kan dalam surat Al Anam ayat 6 disebutkan Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi yang telah kami binasakan sebelum mereka, padahal telah kami teguhkankedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka, kemudian kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. Ini menandakan adanya pergantian generasi, nah sekarang ini pergantian generasi semakin menurun baik akhlaq maupun keimanan” ujar Lukman.
Lukman menjelaskan muslim yang intelektual adalah yang memikirkan penciptaan seperti halnya nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dari perilaku dan pengalaman Ibrahim inilah ada ciri seorang muslim yang cerdas dan mengajak untuk berfikir kebenaran.
Sementara itu Abdullah Haidir menjelaskan dengan sendirinya seorang muslim harus memiliki sifat intelektual, dengan berfikir, berilmu, karena memiliki akal.
“Yang penting sekarang bagaimana membangun kesadaran berfikirnya, kesadaran intelektual tersebut, dilandasi dengan ilmu” ucap Haidir.
Haidir mengatakan bahwa seharusnya seorang muslim mengedepankan ilmu, baik ilmu agamanya maupun ilmu dunia. Namun ilmu tersebut tidak hanya untuk kebaikan dunia namun bagaimana ilmu itu menghantarkan seorang muslim untuk semakin mendekatkan pada Allah.
“Para ulama memberikan jawaban secara umum bahwa ilmu manapun yang bermanfaat untuk mengantarkan seseorang untuk semakin kuat iman dan islamnya, maka itu adalah ilmu yang Allah janjikan berupa kebaikan, derajat, pahala dan kemudahan untuk masuk surga” ucap Haidir.
Haidir mengakhiri penjelasannya dengan memperbanyak ilmu sebagai sebab kita mendekatkan diri dan tunduk kepada Allah, dan bermanfaat bagi kemaslahatan diri sendiri, masyarakat, kaum muslimin dan umat manusia.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia dan orang dapat memberikan manfaat yang banyak salah satunya adalah ilmu” tutup Haidir. [SY]