YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Muallaf Center Yogyakarta (MCY) menggelar kajian bertemakan “ Arsitektur Kampoeng Kauman dalam Pandangan dan Dakwah Islam” di Perpustakaan Masjid Gede Kauman, jalan Kauman Alun-alun keraton Yogyakarta, Sabtu (30/4/2016).
Demi mengenalkan dan memperdalam sejarah Islam di kampung Kauman Yogyakarta sengaja MCY menghadirkan pembicara ustadz Munichy Bahrun Edrees ketua Penghormatan Ikatan Arsitek Indonesia yang juga cicit KH Ahmad Dahlan.
Amrullya sekjen MCY mengharapkan dengan adanya kajian seperti ini bisa memperolah penambahan ilmu dan menjalin ukhuwah.
“Kita undang pelajar dan mahasiswa di Jogja, agar mereka lebih terjalin ukhuwah, nantinya kajian seperti ini akan kami lanjutkan untuk sebulan sekali, biar mereka tidak melupakan sejarah Islam” ucap Amru.
Munichy mengawali perkenalannya dengan menjelaskan pentingnya arsitektur sejak jaman dulu sampai sekarang, menurutnya arsitektur tidak lepas dari kehidupan.
“Tidak ada yang tidak butuh arsitektur, sampai orang masuk rumah sakit butuh arsitektur, orang dipenjara juga bersinggungan arsitektur, nah,.. orang Islam butuh arsitektur, masjid itu ada arsitekturnya. Artinya kita tidak lepas dari arsitektur”ucap Munichy cicit K.H.Ahmad Dahlan.
Munichy mengisahkan mana kala mendampingi beberapa kementrian keliling Indonesia, dirinya sering membantu dalam membuat proyek yang berkaitan arsitektur bangunan.
“Kita ini merasa aneh melihat kementrian itu dibilang hebat mana kala bisa menghabiskan dana proyek, sekarang ada 5 kementrian dikatakan media sebagai kementrian malas, karena ngirit tidak menggunakan anggaran negara, ini kan aneh, yang boros anggaran disebut rajin, yang menghemat anggaran disebut malas” ujar Munichy pengajar Arsitek Universitas Islam Indonesia (UII).
Munichy menjelaskan bahwa kampung Kauman saat ini mengalami pergeseran, karena perkembangan jaman dan teknologi. Dan sekarang ada istilah kota Islam di Jogja dengan sebutan 3K yaitu Kauman, Karangkajen, Kota Gedhe.
“Jadi kampung menurut filosofi arsitektur bahwa kampung itu punya ruh, nah kampung kauman itu punya ruh. Dulu kalo orang lewat kampung Kauman waktu magrib itu yang didengar seperti suara lebah, itu orang kauman yang mengaji seperti itu. Sekarang kalo kita lewat yang didengar apa? Suara TV. Kalo 3K itu hanya orang itu gathuk-gathuke saja, padahal banyak di Jogja itu kampung Islam termasuk tanah kelahiran Ahmad Dahlan” keluh Munichy.
Lebih melebar Munichy mengkritisi keyakinan umat Islam dikalangan salafi bahwa mereka cenderung mentaati pemerintah saat ini dari pada merujuk kembali ke Al Qur’an dan Sunnah.
“Dalam Quran itu Wa’ati uAllah, Wa’ati urrosul, wa’ulil amri minkum, taati Allah, taati Rosul. Tidak ada Taati Pemerintah, ya…ini akal yang di kedepankan. Maka kalau terjadi perbedaan iktilaf ndak masalah, tapi kalo prinsip maka kita kembalikan pada Allah dan Rosulnya. Saya menilai ini masalah yang perlu jadi perhatian ” tambah Munichy.[SY]