JAKARTA, (Panjimas.com) – Dalam pemaparan sejarah dengan tema Kartini dan Sejarah Feminisme di Indonesia, Dr. Tiar Anwar Bachtiar mengungkapkan bahwa Kartini ditokohkan oleh Belanda. Menurutnya, penokohan Kartini disinyalir karena kepentingan Belanda atas tulisan Kartini yang menurut Belanda sejalan dengan pemikiran Belanda tentang feminisme.
“Penokohan kartini ini sebenernya sangat politis, Belanda berkepentingan dengan tulisan Kartini karena isinya sejalan dengan pemikiran belanda yaitu tentang feminisme,” ujarnya di Rabbani Rawamangun, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Ahad (24/4/2016).
Pemikiran-pemikiran Kartini adalah pemikiran yang waktu dia masih remaja, masih labil, masih belum final. Seandainya Kartini masih hidup kemudian di tanya tentang pikirannya, pasti dia akan banyak menyangkalnya!
Kartini sendiri, kata Dr. Tiar, ketika pemikirannya di terbitkan, sudah meninggal dari jauh sebelumnya, sehingga Kartini sesungguhnya tidak bertanggung jawab atas tersebarnya pemikiran-pemikirannya.
Lagi pula pemikiran-pemikiran Kartini adalah pemikiran yang waktu dia masih remaja, masih labil, masih belum final dan Kartini di akhir hayatnya berubah.
“Seandainya Kartini masih hidup kemudian di tanya tentang pikirannya dalam bukunya dia dalam surat-suratnya yang diterbitkannya itu, pasti dia akan banyak menyangkalnya! Ini yang harus dipahami oleh bangsa kita.” tandasnya.[DP]