SOLO, (Panjimas.com) – Tidak sulit mencari keberadaan tempat wisata Goa Maria Mojosongo sebagai tempat peribadatan orang Kristen protestan (Katolik). Banyak orang yang sudah tahu keberadaannya karena terletak ditengah kelurahan Mojosongo, kecamatan Jebres Solo.
Namun dibalik itu tahukah bahwa jarak hanya sekitar 50 meter dari Goa Maria Mojosongo, berdiri bangunan masjid Arrahman beralamat desa Dregenan, Mojosongo, Jebres, Solo. Akses masuknya tersembunyi, membuat Panjimas.com sempat kebingunan dan harus bertanya lokasi masjid yang dimaksud, pada warga sekitar.
Sampai di masjid Arrahman, kebetulan bersamaan diadakan kegiatan sosial masyarakat oleh Lembaga Koordinasi Gerakan (LKG) Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), Ahad (23/4/2016). Menurut Abdul Wahab ketua LKGTPQ kegiatan tersebut untuk menarik simpati umat islam dalam rangka memakmurkan masjid sekaligus menghadang kristenisasi yang membahayakan jama’ah masjid Arrahman.
“Kegiatan ini kami tujukan pada anak-anak karena mereka penerus perjuangan umat islam, kami berharap 5 tahun kedepan mata rantai kristenisasi bisa putus. Dan tidak sampai disini, kita akan tetap mengirimkan pengajar TPA disini, kegiatannya tadi mulai shubuh berjama’ah, dongeng anak, Outbound TPQ, pengobatan dan bekam gratis, bagi sembako dan Al Qur’an gratis,” ujar Wahab.
Segera Panjimas.com menemui Salim,SST ketua I takmir masjid Arrahman guna mengorek lebih jauh perjuangannya menghadapi kristenisasi di wilayahnya. Salim menuturkan bahwa sejarah berdirinya masjid Arrahman dimulai dari pengajian rumah-kerumah oleh warga muslim Dregenan dalam sepekan dua kali, hal itu dikarenakan jauhnya masjid milik tetangga desa lain. Mulai tahun 2010 dimulailah pembangunan masjid dengan hasil tanah wakaf H. Ngadiran, Turi Sari, Mangkubumen, yang telah dibelinya dari orang kafir .
“Dulu sekitar tahun 2006 sampai 2009 kita adakan pengajian dari rumah kerumah, kemudian usaha untuk membuat masjid itu ada, setelah berhasil memperolah tanah wakaf dan sumber dana hasil infaq jama’ah juga yayasan Al Baiti, Pasar Kliwon. Tapi saya domisilinya belum disini” ucap Salim sambil sesekali mengusap keringat didahinya.
Salim menjelaskan faktor warga menjadi murtad salah satunya karena ekonominya kurang, seperti kasus salah satu anak warga Dregenan yang tidak bisa melanjutkan sekolah kemudian pihak Goa maria membiayai sekolahnya dengan syarat masuk kristen.
“Mereka itu gerakannya sangat halus, dengan mengadakan sekolah minggu mengajak anak-anak, mengadakan pengobatan gratis di waktu umat islam seharusnya sholat dhuhur, mengadakan pertemuan warga pada jam-jam sholat magrib isya’, jadi orang islam tidak akan terasa ketika sudah ikut kegiatan, mau ijin untuk sholat magrib maupun isya’ itu sungkan” ujar Salim sambil matanya menatap pekarangan depan masjid.
Setelah 2010 akhir, Salim mengisahkan keberadan tanah kosong depan masjid Arrahman dengan luas sekitar 580 meter persegi merupakan milik orang Cina kafir yang bermukim di daerah Kartosuro.
“Ceritanya begini, ketika tanah itu mau dijual, kan poto copy sertifikat tanahnya dipegang oleh pihak Goa Maria. Karena kita masih membangun kamar kecil dan tempat wudlu masjid, secara nalar dan akal saya kan tidak mungkin kita dapat membeli tanah itu, lha wong nilainya 210 juta rupiah. Sedang pada waktu itu pelimpahan kas masjid hanya sebesar 350 ribu rupiah yang saya pegang.”kisah Salim sambil geleng kepala mengingat kejadian tersebut.
Dalam kondisi seperti itu, Salim berusaha mencari donatur maupun muzaki untuk merealisasikan keinginan jama’ah masjid Arrahman. Menurut mereka sangat membahayakan jika tanah pekarangan depan masjid berpindah tangan menjadi milik pihak Goa Maria. Jalan selebar 3 meter yang menjadi akses masuk masjid Arrahman akan tertutup, manakala tanah menjadi milik Goa Maria dan segera mereka mendirikan bangunan pengembangan. Bertemulah Salim dengan teman kenalannya di Rumah Sakit Dr. Muwardi bernama Dr. Ismail Sumaryanto.
“Untuk mencari solusi permasalahan itu, alhamdulillah beliau Dr. Ismail yang datang sendiri melihat kondisi tanah pekarangan dan lokasi masjid yang berdekatan dengan Goa Maria, beliau mau meminjami uang sekitar 210 juta, setelah beliau ngasih uang itu setiap hari saya mikir, nanti nyaur utange gimana, ya to..,karena tidak ada agunan apapun, hanya modal kepercayaan itu.”beber Salim.
Ketika tanggal 1 Januari 2011, Salim mendatangi Dr. Ismail untuk menjelaskan status pinjaman uang 210 juta tersebut. Wajar jika Salim khawatir, sementara pihak takmir masjid yang kenal dengan Dr. Ismail hanya dirinya.
“Saya matur pada beliau, gimana pak saya nyaur utange? dan umur kita kan nggak tahu, beliaunya menjawab,gini aja,.. bapak tak kasih modal 150 juta, kemudian bapak cari hutangan 60 juta sanggup ndak? Alhamdulilah pada waktu itu saya sanggupi, padahal saya juga nggak tahu mau nyari dimana. Akhirnya saya temui wakif yang pertama tanah ini, mbah H. Ngadiran, saya ceritakan, akhirnya mbah H. Ngadiran meminjami saya 60 juta”kisahnya.
Salim kemudian menemui pemilik tanah pekarangan tersebut yang berada di Kartosuro bersama perantara yang juga jama’ah masjid Arrahman. Hasil negosiasi Salim dengan pemilik tanah pekarangan tersebut, yang sejatinya senilai 210 juta rupiah berhasil diloloskan Salim dengan memperoleh harga sebesar 150 juta rupiah.
“Akhirnya saya dapat sisa dana 60 juta, saya gunakan untuk selesaikan pembangunan masjid sama membuat lahan parkiran itu. Kemudian dengan H. Ngadiran setiap bulan saya mengembalikan uang satu juta, setelah dapat sekitar 17 juta, beliau bapak Imam Murod mendengar itu, saya kemudian dipanggil. Kemudian beliau menanggungi uang kekurangan itu sebesar 33 juta rupiah” tambah Salim.
Permasalahan pinjam meminjam akhirnya terselesaikan, hal inilah yang membuat Salim terkadang sampai menitikkan air mata jika mengingat peristiwa demi peristiwa pembebasan lahan kosong depan masjid Arrahman. Dirinya sampai terakhir saat ditemui panjimas.com masih merasakan hal tersebut tidak masuk akal. Salim jadi teringat dalam Al Qur’an pada salah satu ayat, Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya. Menurutnya ini sudah kehendak Allah demi menghadang Kristenisasi dirinya harus mampu membebaskan lahan pekarangan depan masjid Arrahman.
Lebih lanjut Salim membandingkan perkembangan yang dilakukan pihak Goa Maria sangat luar biasa, baik dari pengembangan fisik bangunan, pengembangan ekonomi pengurus, maupun pengembangan bersifat pendidikan mental.
“Bayangkan, untuk menggaji pengamanannya saja sebulan 30 juta, pada event-event pendidikan mereka membagi-bagikan santunan pada penduduk sekitar, maka kita sebagai orang islam juga harus berusaha mengembangkan itu” lanjut Salim.
Ada tiga poin yang perlu dikembangkan Salim dalam membentengi umat islam masjid Arrahman. Poin pertama menurut Salim adalah Aqidah, yang kedua ekonomi dan yang terakhir adalah kesehatan.
“Untuk aqidah kami punya program yaitu tablig atau kajian, sudah kita lakukan sejak 2010 itu setiap malam minggu sampai sekarang Alhamdulillah istiqomah, kemudian untuk pendalamanlebih lanjut itu setiap selasa kajian fiqih dan terjemah al Qur’an itu setiap senin” ucap Salim.
Tantangan yang masih belum berjalan menurut Salim adalah mengajak pemuda untuk memakmurkan masjid meski setiap bulan sekali takmir masjid mengadakan kajian akbar. Mereka belum maksimal berpartisipasi kemasjid mana kala ada kegiatan bersifat kajian akbar.
“Memang untuk pemuda ini sangat susah ya, namun untuk anak-anak setiap ahad kedua dan ahad keempat sudah ada program TPA Shubuh, kemudian yang ingin kita kembangkan untuk seluruh masyarakat ya kegiatan seperti ini tadi, alhamdulillah luar biasa yang datang, ada sekitar 200-an”
Terakhir Salim mengapresiasi jama’ah masjid Arrahman karena meski dengan sumber dana yang minim namun kegiatan berjalan lancar. Peningkatan dari hasil program takmir masjid, ternyata bisa mengislamkan 6 orang warga Dregenan dan 3 warga luar Dregenan menjadi muallaf.
“Alhamdulillah untuk muallaf kita punya program santunan muallaf disamping juda santunan janda, anak yatim. Sumber dana kita kelola dengan Baitul Mal Masjid yang sumber dananya dari internal itu sekitar 1,8 juta dan ada juga muzaki dari luar hampir sekitar 4 juta tapi sekarang mulai berkurang. Untuk infaq Jum’at-an kita pergunakan pengembangan infrastruktur masjid, jadi diluar itu masuk ke Baitul Mal Masjid” tutup Salim. [SY]