SOLO, (Panjimas.com)- Gerakan Shubuh Jamaah Nasional (GSJN) menyelenggarakan Malam Bina Ruhiyah bertema “Nasionalisme dalam Perspektif Islam Seorang Tjokroaminoto” di masjid Nurul Huda kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jum’at (22/4/2016) malam. Sebagai pembicara, panitia menghadirkan ustad Arif Wibowo, ketua Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Solo.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an surat Al Anfal, oleh akhi Misbah pemuda tunanetra yang memiliki suara merdu.
Ustad Arif Wibowo mengawali kajiannya dengan sebuah pertanyaan, mengapa perlu mengingat sejarah seorang Tjokroaminoto.
“Sebelum bicara seorang Tjokroaminoto, kalau kita lihat kemarin kota Solo mengadakan Parade Tauhid pesertanya besar-besaran, sementara memilih seorang walikota, kita kalah dengan orang kafir? Bisa jadi kita umat Islam lengah, acuh, tidak mau tahu urusan perpolitikan ini” ucap Arif.
Ustad Arif menuturkan sejarah Islam kota Solo tidak lepas dari peran H. Samanhudi. Karena beliau pencetus pergerakan nasional, pelopor batik sebagai ciri khas dunia, dan sebagai senior Tjokroaminoto.
“Gagasan Tjokroaminoto adalah Islam sebagai pemersatu bangsa, kalo tidak ada Islam maka nasionalisme Indonesia itu tidak akan begitu cepat” tuturnya.
Ustad Arif menjelaskan bahwa andil seorang Tjokroaminoto dalam perkembangan Islam di Indonesia dengan membuat organisasi Syarikat Islam. Hal ini sangat di perhitungkan oleh pemerintah saat itu.
Terakhir ustad Arif menekankan perlunya memahami sejarah Peradaban Islam diwilayah sendiri, jangan sampai tokoh Islam seperti H. Samanhudi, M. Nastir, Syafruddin dan Tjokroaminoto tidak tahu, sementara Osama bin Laden kenal.
“Kita harus berusaha menampilkan Tjokroaminoto, namanya harus sejajar dengan Soekarno” tutup Arif. [SY]