JAKARTA, (Panjimas.com) – Jumat, (15/4/2016) Divisi Muslimah di Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir meluncurkan kampanye internasional yang berjudul, “Pemuda Muslim: Pelopor Perubahan Hakiki” untuk melawan agenda global yang sedang diupayakan secara intensif oleh pemerintah Barat dan rezim di negeri-negeri Muslim demi memenangkan hati dan pikiran pemuda Muslim di seluruh dunia agar berkiblat kepada sistem liberal sekuler berikut nilai-nilainya, sehingga menggiring mereka jauh dari akidah dan identitas Islam mereka.
Melalui release yang dikirimkan ke Panjimas, Dr. Nazreen Nawaz selaku Direktur Divisi Muslimah menjelaskan, agenda ini direalisasikan dalam banyak bentuk, termasuk program-program kontra-radikalisasi yang merasuk dan menyasar para pemuda Muslim di Barat dan negara lainnya; sekularisasi kurikulum pendidikan dan lingkungan sekolah di dunia Muslim; regulasi madrasah; dan promosi besar-besaran industri periklanan, media, dan hiburan berkiblat ke Barat di negeri-negeri Muslim yang mengagung-agungkan budaya dan gaya hidup liberal sekaligus mengikis nilai-nilai Islam.
Bahkan secara khusus, keyakinan-keyakinan Islam tertentu sedang ditampilkan secara buruk di mata anak-anak muda Muslim oleh pemerintah dan lembaga-lembaga sekuler dalam upaya untuk menggoyahkan kepercayaan diri akan Dien mereka.
Pada saat yang sama juga memaksa mereka untuk menerima reformasi Islam yang sesungguhnya malah sejalan dengan garis sekulerisme, atau memaksa mereka untuk meninggalkan cita-cita dan praktik keislaman tertentu dengan cara mengaitkan mereka dengan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.
Cita-cita ini termasuk tentang keyakinan bahwa Islam sebagai agama spiritual sekaligus politik; hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan perempuan; konsep persatuan umat global; dan penolakan terhadap demokrasi, sekularisme, dan nilai-nilai liberal; serta dukungan terhadap konsep Jihad dalam Islam; implementasi Syariah; dan penegakkan kembali negara Khilafah berdasarkan metode kenabian.
Sementara bersamaan dengan itu sebagai umat Islam, saat kita cukup merasa puas dengan sekedar memahami dan mempraktikkan Islam dalam kehidupan kita, akan tetapi justru melalaikan implementasi aturan dan sistem di negeri-negeri kita, maka hal inilah yang membuka jalan bagi ide-ide yang tidak Islami –tradisional dan liberal- untuk memasuki rumah-rumah kita, komunitas, dan masyarakat kita.
“Banyak kaum muda kita menjadi tersesat dan tidak dapat menentukan identitas mereka, serta menjauhkan dari Dien mereka.” ujarnya.
Krisis identitas dan krisis iman akhirnya ditumbuhkembangkan diantara banyak anak muda Muslim, menjadikan mereka terpikat dengan gaya hidup dan sistem liberal Barat sehingga membentuk pikiran, kecenderungan, aspirasi, dan kesetiaan mereka di atasnya.
Banyak anak muda Muslim juga memandang Islam hanya sebagai seperangkat ritual dan aturan semata, karenanya tidak relevan dengan kehidupan mereka atau dengan isu-isu dunia modern. Sementara sebagian yang lain membenci atau merasa ragu dengan keyakinan Islam mereka, yang mengantarkan mereka untuk meninggalkan Dien ini.
Oleh karena itu, banyak pemuda Muslim menjadi terpengaruh dengan sifat-sifat buruk dan masalah yang sama yang dialami oleh sesama mereka yang hidup di Barat. Hal ini menambah parah situasi karena mereka terpisah dari masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan umat Islam. Mereka juga terlepas jauh dari tanggung jawab untuk memberikan solusinya dengan Dien mereka, peran yang seharusnya mereka pikul.
Lebih jauh lagi, perang-perang kolonial Barat di negeri-negeri Muslim, dan sistem kekuasaan yang dipimpin oleh rezim, dan kediktatoran kapitalis yang cacat di dunia Muslim menciptakan ‘generasi yang hilang’ (lost generation), yang kehilangan harapan untuk menikmati kehidupan yang baik atau memenuhi cita-cita kesejahteraan dan pendidikan mereka akibat kekerasan, kemiskinan massal, dan pengangguran, serta sistem pendidikan yang di bawah standar.
Tidak mengherankan, banyak pemuda meninggalkan negeri mereka untuk mencari perlindungan atau kehidupan yang lebih baik di Barat, menyebabkan fenomena brain drain atau kekosongan para ahli dan sekaligus terbuangnya energi, vitalitas, kreativitas, dan keterampilan kaum muda Muslim dari dunia Islam dengan sia-sia.
Tantangan dan keadaan generasi masa depan umat Islam saat ini merupakan salah satu masalah yang paling penting bagi umat ini dan masa depan Dien ini.
Oleh karena itu, kampanye internasional ini bertujuan untuk melawan agenda global yang berupaya untuk melakukan sekulerisasi kepada pemuda Muslim, menyoroti dampak yang sangat merugikan dari jalan hidup dan sistem liberal kapitalis pada pemuda Muslim, dan akhirnya menghadirkan visi Islam untuk anak-anak muda kita dan bagaimana kita sebagai umat dapat menjadikan mereka memeluk Islam dengan teguh, menanamkan dengan keyakinan untuk membela Dien mereka dari berbagai serangan, dan mewujudkan kualitas untuk menjadi pelopor perubahan hakiki di dunia ini.
“Kampanye ini akan memuncak pada konferensi perempuan internasional dengan topik yang sama pada bulan Mei, Insya Allah.” pungkasnya.[RN]