JAKARTA, (Panjimas.com) – Dewan Pertimbangan MUI menggelar rapat pleno membahas merebaknya gejala penyebab kerusakan budaya. Dewan Pertimbangan MUI memandang gejala kerusakan budaya dan moral tidak hanya sekedar kemerosotan saja.
“Kita sepakat bahwa mayoritas umat Islam menghadapi masalah atau tali temali yang rumit. Terkait budaya bukan hanya dekadensi moral tetapi proses demoralisasi yang serius di atas dekadensi,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin usai rapat pleno di Gedung MUI Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (20/4/2016). Demikian dilansir detik.
Menurut Din, pendekatan yang ditempuh harus mengedepankan tafsir realitas yang di dalamnya masalah mungkin ada sebuah tantangan atau ancaman. Jadi lebih ke tafsir sosial.
“Kerusakan bersifat akumulatif. Ada akar-akarnya, kenapa? Maka penanggulangan masalah memerlukan strategi tepat. Konteks yang lebih besar bagaimana kita menghadapi masalah itu dengan menggunakan kekuatan sekecil-kecilnya dan menggunakan cara yang sebesar-besarnya,” jelasnya.
Strategi kebudayaan, menurut tidak dimiliki negara ini untuk menangkal kerusakan tersebut. Proses dakwah pun menurutnya hanya berhenti sebelum batas akhir.
“Syiar kita, diumpamakan bermain bola itu tidak masuk ke gawang. Jadi hanya berputar di depannya saja. Kita tidak cukup memiliki aktor dan operator. Jadi, untuk menanganinya perlu jangka panjang strategi kebudayaan,” tuturnya.
Din lalu menjabarkan beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam rapat pleno. Aspek pertama yakni pendidikan.
“Karena akan melahirkan generasi penerus berakhlak baik. Kalau tidak ada perubahan sistem kurikuklum maka keadaan ini tidak akan berubah. Selanjutnya, pentingnya peran Ibu sebagai sekolahan. Karena ibu merupakan sekrup penting bagi pendidikan di keluarga,” tutur Din.
Selanjutnya, menurut mantan Ketum PP Muhammadiyah ini, perlu pendekatan jangka panjang untuk mengurangi kerusakan budaya tersebut. Masyarakat perlu membentengi dirinya sendiri dari pengaruh pengrusakan moral.
“Self defense mechanism itu perlu, perlu ada pendekatan pada penentuan kebijakan dan dalam hal ini akan masuk dalam ranah politik. Kita harus ke sumber kebijakan agar ada pengaruh ke kita. Kita tidak hanya melawan, tapi kita juga menghadapi sendiri lawannya seperti apa,” imbuh dia.
Dewan Pertimbangan MUI akan menyusun strategi sistematis. Salah satu jalan yang ditempuh adalah memanfaatkan jejaring yang ada.[RN]