TANGERANG SELATAN, (Panjimas.com) – Cerdas, Modern, Religius. Demikian semboyan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.
Namun, kata praktisi pendidikan Tangsel Drs Teguh Yuwono MSi, ‘’Hendaknya jangan sebatas slogan.’’
Hal itu disampaikan Teguh dalam Dialog Dakwah di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangsel, Ahad (17/4/2016).
Dialog yang diselenggarakan Dewan Dakwah Kota Tangerang Selatan tersebut diikuti puluhan peserta dari berbagai ormas seperti Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Muslimat HTI, Griya Qur’an As Syafaq, dan lain-lain.
Turut hadir pula Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Pusat Ustadz Ade Salamun dan jajaran pengurus Dewan Dakwah Tangsel seperti Ketua Ustadz Hasanuddin AK, Majelis Syuro Ustadz Farid Hidayat dan Khoeruddin.
Menurut Teguh Yuwono yang dosen Universitas Pamulang, Tangsel, berdasarkan pantauannya di tujuh kecamatan di Kota ini, intensitas pendidikan agama dirasa masih belum mencukupi.
Hal tersebut tampak dari maraknya penyakit sosial yang juga melanda kalangan remaja dan anak muda, seperti balap liar dan narkoba serta prostitusi yang berisiko pada laju penyebaran HIV/AIDS.
Sejumlah kawasan di Tangsel selama ini memang menjadi arena balap liar remaja dan pemuda. Misalnya sejumlah ruas jalan di kawasan BSD, Bintaro, Pondok Aren, dan Pasar Jumat.
Kota Tangsel juga sudah menjadi zona merah narkoba. Hal ini diungkapkan Kepala Biro Umum Settama BNN Kombes Pol Teguh Iman Wahyudi usai pertemuan dengan Kepala BNNK Tangsel AKBP Heri Istu, Walikota Airin Rachmi Diany, beserta sejumlah pimpinan SKPD di Setu, 8 Januari lalu.
Menurut catatan Dinas Kesehatan setempat, Kota Tangerang Selatan masuk dalam lima kota yang endemis penyebaran penyakit HIV dan AIDS di wilayah kota/kabupaten se-Propinsi Banten.
Data akumulatif pengidap HIV sejak 2009 hingga 2014 mencapai 202 orang. Sedang 89 orang lainnya mengidap AIDS yang kebanyakan akibat menggunakan jarum suntik secara bergantian, kelompok gay, dan pelaku seks bebas yang menularkan penyakitnya kepada ibu rumah tangga.
Beberapa situs prostitusi di Tangsel misalnya di Jalan Menjangan Raya Ciputat Timur, Ruko Tua Pasar Cimanggis, Perempatan Duren, Kampung Sawah, Jalan Raya Tegal Rotan, Pondok Kacang Barat, Pondok Jaya, Pondok Pucung, Halte Bundaran BSD, kawasan ruko di BSD, Bantaran Rel Stasiun Serpong, Jalan Raya Viktor, Kawasan Alang-alang di Serpong, sepanjang jalan Raya Puspiptek di Setu, dan Perempatan Gaplek di Pamulang.
Mengingat kompleksitas persoalan Tangsel seperti itu, para peserta dialog sepakat untuk lebih intensif berkomunikasi dan bekerjasama dalam dakwah.
‘’Dakwah untuk menerapkan syariat Islam tidak mungkin dipikul sendiri. Karena itu, kami selalu siap menghadiri undangan dan memberi undangan dakwah,’’ tandas Ketua DPD II HTI Tangsel, Muhammad Al Fakkar.
Hal senada disampaikan Drs Sadriman, Kepala Sekolah SMK 2 Muhammadiyah Tangsel. ‘’Meskipun di Muhammadiyah, saya ini kader Masyumi. Bapak saya aktivis Masyumi. Jadi, Dewan Dakwah buat saya tidak asing lagi,’’ tuturnya, sambil mengajak para peserta untuk meneladani jalan dakwah Mohammad Natsir.
Ketua Majelis Syuro Dewan Dakwah Tangsel, Farid Hidayat, mengajak agar lembaga-lembaga dakwah di Tangsel lebih bersinergi dalam dakwah. Untuk itu, Dewan Dakwah siap menjadi tuan rumah diskusi reguler bagi Forum Lembaga Dakwah yang mewadahi kerjasama tersebut.[RN]