JAKARTA (Panjimas.com) – Terorisme kerap memakai konteks agama dalam setiap aksi dan kegiatan. Hal itu dilakukan demi mencari pembenaran sekaligus kambing hitam.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Hamidin, mengatakan terorisme akan selalu menggunakan konteks agama. Bahkan, ia mengungkapkan kalau ribuan gerakan diduga terorisme yang ada di Indonesia, semuanya mengatasnamakan agama.
“Tidak akan lepas dari konteks agama, 1.068 pergerakan yang kita temui semua atas nama agama,” kata Hamidin, Kamis (14/4).
Terkait kerap dikaitkannya terorisme dengan Islam dan sebaliknya, ia menilai itu merupakan risiko agama mayoritas. Hamidin menjelaskan, simbol-simbol agama mayoritas akan digunakan pelaku, untuk membenarkan kekerasan yang dilakukan.
Hamidin menerangkan kalau BNPT tidak pernah mempermasalahkan penampilan agama apapun, termasuk jenggot dan celana gantung. Namun, ia menegaskan yang menjadi permasalahan kalau perlaku melakukan kekerasan, dan benar-benar memakai simbol agama sebagai pembenaran atas aksi yang dilakukan.
Ia menambahkan, BNPT tidak akan memberi stigma yang buruk pada agama apapun yang ada di Indonesia, termasuk Islam sebagai mayoritas. Hamidin menegaskan kalau terorisme tidak bisa disamakan dengan ajaran Islam, serta agama Islam bukanlah terorisme. [AW/ROL]