JAKARTA (Panjimas.com) – Komisioner Komnas HAM, Prof Dr Hafidz Abbas, mengungkap akar masalah terorisme yang terjadi di Indonesia dan berbagai negara belahan dunia.
Ia berpendapat masalah terorisme seperti sebuah petasan, yang memiliki sumbu ketika dibakar maka menyebabkannya meledak.
“Triger ini pemicu terorisme, sebelum ini meledak ada abuse (tindak kekerasan, red.). Yang meledakkan ini (terorisme) adalah diskriminasi, ketidakadilan, stereotyping bahwa ini jahat, perilaku-perilaku yang arogan dari bangsa yang memang kelihatannya sengaja merendahkan martabat manusia lain, adanya diskriminasi, adanya intoleran dari negara yang merasa super power,” kata Prof Dr Hafidz Abbas dalam kajian bulanan Muhammadiyah di Menteng, Jakarta Pusat, pada Jum’at (8/4/2016).
Ia pun mengambil contoh, ketimpangan antara negara-negara kaya di kelilingi negara miskin Timur Tengah, dimanfaatkan oleh pihak ketiga sehingga menimbulkan kekacauan. Bila negara mereka ingin aman, maka otomatis negara tersebut harus menggelontorkan dana untuk membeli perlatan militer dan meminta negara super power seperti Amerika melindunginya.
“Yang paling kaya adalah negara yang mendesain ini, karena negara-negara yang punya duit dia kasih supaya dia dilindungi. Jadi sebuah konspirasi yang kita tidak lihat di balik ini,” ungkapnya.
Selain itu, Hafidz Abbas juga menyampaikan, kekuatan global juga hendak menggiring Indonesia menjadi negara yang masuk dalam kubangan terorisme.
“Ada kekuatan global supaya indonesia masuk jadi negara teroris, mengalir bantuan yang tiada hentinya, pokoknya diupayakan supaya Indonesia masuk, untuk mengacaukan,” kata Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Unuversitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut.
Negara-negara di dunia dipaksa untuk berkoalisi, di bawah pengaruh Amerika Serikat sebagaimana pernyataan George W Bush, “you’re either with us, or against us” pasca peristiwa 9/11.
“Kalau anda tidak membantu saya, maka anda musuh saya, nah itulah sebabnya Indonesia dipaksa menjadi bagian dari kepentingan-kepentingan global,” tuturnya.
Di balik itu semua tidak lain, “kepentingannya adalah untuk melindungi Israel,” tandasnya. [AW]