JAKARTA, (Panjimas.com) – Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak membantah opini yang selama ini berdedar bahwa Siyono korban Densus 88 sebelumnya sudah pernah dilakukan autopsi.
“Tidak benar, sudah dilakukan autopsi terhadap jenazah Siyono sebelumnya. Autopsi yang dilakukan tim dokter forensik yang di ketuai oleh dokter gatot itu adalah autopsi yang pertama.” ujar Dahnil dalam Konferensi Pers di Komnas HAM, Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2016).
Dahnil juga membantah bahwa ada indikasi kematian yang disebabkan karena pendarahan hebat di bagian kepala.
“Tidak betul, ada indikasi kematian disebabkan oleh pendarahan yang hebat di kepala. Ternyata, hasil autopsi dokter tim forensik justru di kepala tidak ada pendarahan.” katanya kepada wartawan di Komnas HAM.
Agak aneh, kata Dahnil, jika kemudian polisi bisa tau penyebab kematian ada pendarahan di kepala, karena polisi sendiri tidak pernah melakukan autopsi CT-Scan.
“Dokter membuat kesimpulan, penyebab kematian setelah dilakukan microscopis, karena pendarahan hebat (disebabkan) patah tulang dan segala macem yang kemudian berujung pada jantung yang kena. Itu penyebab kematiannya.” ungkap Dahnil.
Lelaki kelahiran Aceh Timur tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada indikasi perlawanan yang dilakukan Siyono selaku korban Densus 88.
“Tidak ditemukan indikasi perlawanan dari korban. Dari mana tau tidak ada indikasi perlawanan? Misalnya tidak ada luka tangkis di bagian tangan yang bentuknya perlawanan.” tuturnya.
Jadi, menurutnya, point-point di atas tersebut cukup penting untuk menjawab apa yang selama ini dikatakan oleh pihak Densus 88 dan Kepolisian. [DP]