BEKASI, (Panjimas.com) – Kasus penculikan, penyiksaan, pembunuhan terhadap Siyono warga di sebuah desa bernama Desa Pogung sekitar sebulan yang lalu masih belum hilang dalam ingatan kita. Siyono adalah seorang imam masjid yang terkenal baik di lingkungan tempat ia tinggal. Selama hidupnya, Siyono tidak pernah memiliki catatan kriminal atas kasus apapun hingga diculiknya ia oleh anggota Densus 88.
Terbunuhnya Siyono dengan dalih terduga ‘teroris’ menambah jumlah pembantaian terhadap kaum muslimin di negeri ini tanpa adanya peradilan.
Terbunuhnya Siyono tidak hanya menyimpan luka untuk keluarga dan umat Islam secara keseluruhan, tapi juga menyisakan tanda tanya besar di benak masyarakat Indonesia, umumnya masyarakat dunia.
Berikut 12 kejanggalan kematian Siyono yang telah dikemukakan oleh Pengamat Terorisme Mustofa Nahrawardaya diacara Tabligh Akbar Sehari Bersama Tokoh Islam di Islamic Center, Bekasi, Sabtu (9/4/2016).
- Jika benar Siyono adalah petinggi organisasi JI maka tidak mungkin aparat itu mengawal Siyono dengan satu pengawalan Densus apalagi melepas borgolnya. Ini tidak masuk akal!
- Jika benar ada perkelahian, maka tidak mungkin Siyono dibiarkan tewas oleh Densus, karena Densus tidak dilatih untuk berkelahi, tapi dilatih untuk melumpuhkan / membunuh
- Jika benar Siyono adalah teroris yang pernah menjabat sebagai petinggi JI maka nama korban sudah di sebut-sebut oleh TNI, Polri, BNPT, atau pihak-pihak lain.
- Jika Siyono buron, maka korban akan bersembunyi dan tidak akan mungkin menampakkan diri di Klaten apalagi menjadi imam masjid.
- Jika Siyono adalah teroris yang menyamar sebagai penduduk biasa maka Siyono akan mengubah penampilannya, kemudian melakukan penggantian identitas diri.
- Jika Siyono adalah bagian dari jaringan teroris tentu tidak akan bergaul kepada penduduk sekitar karena teroris adalah orang yang paling diburu oleh pemerintah.
- Jika benar Siyono adalah pentolan teroris tentu saat penjemputan sudah dilakukan teknik pelumpuhan terukur.
- Jika Siyono diketahui petinggi JI usai penjemputan, Densus tidak akan melakukan kesalahan / kelalaian.
- Jika Siyono meninggal wajar atau karena melawan petugas untuk apa ada penyerahan uang dua gepok kepada keluarga korban? Tidak masuk akal!
- Jika benar Siyono melakukan perlawanan sudah tentu Densus akan menembak mati Siyono tidak perlu dilakukan perkelahian. Inilah karakter Densus! Keras, ganas, bengis, kejam, inilah karakter Densus.
- Jika benar Densus tidak membunuh Siyono, untuk apa polisi menekan keluarga Siyono untuk menandatangani surat-surat?
- Jika benar kematian Siyono tidak melibatkan tangan aparat, maka polisi akan mengautopsi jenazah. [DP]