JAKARTA, (Panjimas.com) – Perwakilan PP Muhammadiyah Ma’mun Murod Al Barbasy mengungkapkan bahwa sikap dasar Muhammadiyah dalam kasus Siyono berasal dari Q.S. Al Maidah(5) : 32. Menurutnya, sikap dasar tersebut tidak hanya Muhammadiyah, tapi NU pun seperti itu.
مَن قَتَلَ نَفْسً بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
“Sikap dasar Muhammadiyah itu berasal dari sini, siapapun (dari) institusi maupun negara yang melakukan pembunuhan tanpa sebab, itu juga sama posisinya.” ujar Ma’mun dalam Diskusi Publik di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (7/4/2016).
Cinta, kata dia, bukan ‘ABS’ (Asal Bapak Senang), tapi kalo cinta yaa termasuk mengkritisi. Jadi, kalo yang cinta kepada Kepolisian termasuk yang coba saya tunjukkan.
“Saya mencoba melakukan pengkritisan terhadap Kepolisian, terutama dalam hal ini bagaimana cara kerja Densus 88 itu,” tuturnya.
Menurutnya, dalam kasus Siyono ini Polri terutama Divisi Humas memang harus betul-betul, bicaranya harus hati-hati, jangan berubah-ubah. Terutama terkait kasus siyono.
“Saya membaca berubah-ubah sikapnya, ini juga harus menjadi perhatian. Jadi, saya kira kasus yang menimpa Siyono itu harus betul-betul menjadi perhatian bagi Kepolisian.” pungkas Ma’mun.[DP]