JAKARTA (Panjimas.com) – Menko Polhukam Luhut Pandjaitan membantah isolasi bagi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Ia pun berkilah, Ustadz Abu Bakar Baasyir diberi perhatian agar nyaman selama di sel.
“Karena umurnya itu sudah tua kita tetap memperhatikan agar dia nyaman,” jelas Luhut di Jakarta, seperti dikutip dari detik.com, Selasa (5/4/2016).
Luhut menegaskan, Ustadz Ba’asyir bukan diisolasi, tetapi sama seperti tahanan lainnya tidak boleh melakukan komunikasi ke dunia luar.
“Karena itu tidak boleh. Dia kita perlakukan secara manusia kok,” tegas Luhut.
Seperti diberitakan sebelumnya, kondisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di sel isolasi Super Maximum Security (SMS) Lapas Pasir Putih, Nusakambangan semakin memprihatinkan. (Baca: Kondisi Ustadz Ba’asyir di Sel Isolasi Makin Memprihatinkan Pasca Kunjungan Luhut)
Ulama sepuh lintas rezim itu menerima perlakuan tak manusiawi dan melanggar hak paling asasi, yakni hak untuk beribadah. (Baca: Diperlakukan Lebih Kejam dari Penjara Guantanamo, Keluarga Ajak Umat Islam Doakan Ustadz Ba’asyir)
Menurut putra Ustadz Ba’asyir, Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir, ayahandanya mendapatkan perlakuan keji, setelah pemindahan mendadak usai sidang Peninjauan Kembali (PK) dan kunjungan Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan bersama Kepala BNPT, Kapolri, Menkumham yang menggandeng gembong tokoh liberal The Wahid Institute, Yenny Wahid.
“Setelah kunjungan Luhut Pandjaitan (Menkopolhukam) ke LP Pasir Putih di Pulau Nusakambangan, kondisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir semakin ditekan dan dilecehkan hak-haknya,” kata Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir kepada Panjimas.com, Sabtu (2/4/2016).
Setelah kunjungan Luhut Pandjaitan (Menkopolhukam) ke LP Pasir Putih di Pulau Nusakambangan, kondisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir semakin ditekan dan dilecehkan hak-haknya
Ustadz Abu Bakar Ba’asyir diisolasi di sel berukuran hanya berukuran 3 x 4 meter, diawasi CCTV, dikunci selama 24 jam dan tidak dibuka kecuali saat ada yang menjenguk saja. [AW/dtk]