SINGKIL,(Panjimas.com) – Adanya informasi atau berita miring berbau fitnah yang disebar melalui website sejuk.org dibantah oleh sejumlah kalangan di Singkil. Berita dimaksud berupa pernyataan seorang ibu bernama Dita (35) yang dimuat di laman sejuk.org. (26/3/2016)
Dita mengaku mendapat perlakuan tidak adil dari pemerintah. Ia juga mengatakan dari SD sampai SMA peserta didik yang beragama Kristen diwajibkan ikut pelajaran Agama Islam. Dalam laman itu juga ditulis, pasca bentrok 13 Oktober lalu, intoleransi dan diskriminasi semakin menguat. Salah satu contoh yang diambil adanya tawuran antara siswa Islam dan Kristen di SMAN 1 Suro.
Seorang guru agama yang bertugas di Kecamatan Kecamatan Suro, Tgk. Zainal Abidin, membantah keras berita yang diupload di laman sejuk.com itu. “Fitnah semua itu. Tidak pernah ada pemaksaan” jawabnya tegas ketika dihubungi Panjimas melalui telepon selularnya (5/4/2016).
Bantahan lain juga disampaikan Tgk. Umma Abidin, seorang guru yang telah lama mengampu Bidang Studi Agama Islam. Menurutnya, belum ada terdengar guru agama memaksa non muslim belajar agama Islam. “tidak ada terdengar kabar ada guru memaksa murid non muslim belajar agama Islam”. Jawabnya ketika dihubungi Panjimas Selasa, (5/4/2016).
Dalam Islam, memaksakan agama atau belajar agama kepada orang lain merupakan perbuatan terlarang. Termasuk memaksa orang lain masuk agama Islam dengan cara-cara keji seperti menipu, menghipnotis dan mengiming-imingi sejumlah pemberian.
Tindakan Provokatif
Ketua FUI Aceh Singkil Tgk. Hambalisyah Sinaga mengatakan, pernyataan Dita maupun Lesdin Tumangger dari Forcidas, sangat provokatif, ngawur dan miskin data. “Apa indikatornya, kok bisa menyimpulkan seperti itu”. Kata Tgk. Hambali Senin, (4/4/2016).
Ia menambahkan, pemerintah terutama polisi harus tegas menindak para provokator agar tidak mengotori Aceh Singkil dengan kebohongan dan kabar dusta. “Lihat betapa beraninya mereka berbohong. Semua orang tahu bahwa tawuran di SMAN 1 Suro itu adalah antar siswa. Bukan antar agama. Tapi diterbalikkan fakta. Kami minta agar provokator ini segera ditangkap”. Tambahnya kesal.
Menurut Tgk. Hambali, provokasi yang dilakukan provokator bukan kali ini saja. Sesaat setelah konflik 13 oktober lalu, Pendeta Erde Berutu mengatakan ada 1 orang meninggal dari ummat Kristen. Padahal tidak ada. Kemudian ada pula pernyataan Pendeta Elson Lingga beribadah harus 40-80 km jauhnya. Padahal semua itu bohong.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Singkil mengatakan, berita yang dimuat pada laman sejuk.org itu sudah dibantah oleh para Kepala Sekolah yang di Sekolahnya terdapat siswa non muslim. Kepala Dinas pendidikan juga mengatakan telah mengirimkan surat kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh terkait masalah tersebut. “Terkait pernyataan Dita di lama Sejuk.org. kita sudah somasi. Para kepala sekolah sudah membantah isu itu”. Kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh Singkil Senin, (4/4/2016) di Aula Mapolres Aceh Singkil. [RN]