JENEWA, (Panjimas.com) – PBB mengatakan, Hari Rabu (30/03/2016), mengenai rekaman video yang secara jelas menunjukkan penembakan seorang warga Palestina yang sedang terluka parah, sekarat, dan tak berdaya oleh seorang tentara Israel di Hebron, wilayah Tepi Barat pada Kamis pekan lalu, bahwa rekaman menunjukkan secara jelas “tanda-tanda eksekusi ekstra-yudisial (eksekusi diluar hukum)”, dilansir oleh Anadolu Agency.
“Kami sangat prihatin tentang eksekusi di luar hukum yang jelas terhadap seorang pria Palestina,” kata juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Rupert Colville, dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (30/03/2016) mengenai pembunuhan seorang pria Palestina di Hebron.
“Dua pria Palestina yang diduga akan menikam dan melukai seorang tentara Israel (aksi istisyhad) di sebuah pos pemeriksaan Israel di Hebron pada Kamis pagi pekan lalu, keduanya ditembak dalam serangan itu. Sebuah rekaman video kemudian menunjukkan salah seorang pria Palestina, kemudian diidentifikasi sebagai Abd al-Fatah al-Sharif, berbaring terluka tetapi masih hidup. Dalam rekaman video, kemudian staf medis hadir menuju prajurit Israel yang terluka, dengan ambulans, akan tetapi ia tidak muncul untuk menawarkan bantuan medis kepada pria Palestina Fatah al-Sharif, “kata Colville.
“Video itu kemudian menunjukkan seorang tentara Israel menembak al-Sharif di bagian kepala, membunuh dia. Apa yang sangat mengerikan adalah dengan tak satu pun dari 20 atau lebih orang di tempat kejadian, termasuk tenaga medis, tampak memperhatikan setiap orang yang terluka parah sementara ia masih hidup, dan bahkan mereka uga hampir tidak menunjukkan reaksi segera setelah pembunuhan itu, “tambahnya.
Baca: Jurnalis Hareetz: Israel Negara Paling Rasis dan Haus Darah di Dunia
Pemerintah Israel telah menahan tentara yang terlibat dalam penembakan Hebron dan Pengadilan Militer Israel telah menanyainya, namun Colville mengatakan “investigasi secara tepat, menyeluruh, transparan dan independen sangatlah penting.”
“Kami prihatin pembunuhan ini tidak mungkin sebuah insiden tunggal: sejumlah warga Palestina – dilaporkan lebih dari 130 orang secara total- telah tewas dalam beberapa bulan terakhir ini,” kata Colville.
“Ini bukan insiden pembunuhan pertama kali yang terekam dalam video, hal ini menimbulkan kekhawatiran penggunaan kekuatan yang berlebihan. Keprihatinan utama kami adalah bahwa kasus tersebut tampaknya tidak secara sistematis mengalami investigasi kriminal. Hal ini sangat penting dalam kasus dimana terlibat penggunaan kekuatan tidak proporsional, atau barangkali adalah eksekusi ekstra-yudisial, “kata Colville.
Pelapor Khusus PBB tentang tindakan diluar hukum, atau sewenang-wenang, Christof Heyns, hari Rabu (30/03/2016) mengatakan pembunuhan seorang pria Palestina oleh tentara Israel pada 24 Maret di Hebron, wilayah Tepi Barat menunjukkan “semua tanda-tanda yang jelas bahwa ini adalah kasus eksekusi di luar hukum” .
“Gambar yang ditampilkan menunjukkan semua tanda-tanda yang jelas ini kasus eksekusi di luar hukum,” kata Heyns. “Tidak tampak adanya provokasi di sisi pria Palestina yang terluka parah.”
“Apa pun rezim hukum terapkan dalam kasus ini, menembak seseorang yang tidak lagi menjadi ancaman adalah suatu pembunuhan. Lebih lanjut, Hal ini menyusahkan bahwa ini dilakukan tanpa adanya peringatan jelas kepada para prajurit lain yang ada di dekatnya, “kata Heyns.
Pelapor Khusus PBB juga mengkritik keputusan tenaga medis di tempat kejadian untuk mengabaikan Abd al-Fattah al-Sharif dan malah mengobati tentara Israel tampaknya hanya mendapatkan luka ringan.
“Bagian dari perlindungan hak untuk hidup adalah akuntabilitas di mana ini telah dilanggar,” kata Heyns.
Lebih dari 130 warga Palestina dan 28 orang Israel tewas sejak rentetan bentrokan permusuhan terhitung mulai Oktober tahun lalu. [IZ]