YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Pada abad ke-17, muslim berhenti menulis sejarahnya. Hal ini disebabkan kolonialisme yang isinya pemiskinan dan pembodohan. Demikian disampaikan Dr. Tiar Anwar Bachtiar dalam diskusi “Jagongan Pro-U Media” di Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Kamis (31/3/2016) sore.
Lanjut dia, “Lalu kekosongan ini diisi oleh sejarawan Barat. Mereka menulis sejarah Islam berdasar paradigmanya. Bagi Barat, Nabi Muhammad SAW diakui keberadaannya, namun tidak diakui kenabiannya. Dr sini mrk menolak bhw nabi berperan sbg penetap syariah.”
Tiar menyebut sikap ini sebagai desakralisasi Nabi atau derasulisasi Nabi Muhammad SAW.
Pakar sejarah dari Universitas Indonesia ini juga menyebut subhat lain yang dipropagandakan oleh Barat. Yakni bahwa ajaran Islam hanya bisa dilaksanakan oleh manusia level Nabi. Mereka berpendapat bahwa manusia biasa tak mungkin mampu menjalankan syari’at Islam seperti yang ditetapkan. Maka pandangan menyesatkan ini membuat muslim kehilangan percaya diri dan putus asa. Pembentukan mental seperti ini sengaja dilakukan oleh Barat.
“Penulisan sejarah model begini melemahkan keyakinan muslim. Umat akan merasa tak mungkin hidup ideal dengan Islam. Ini membuat kita tidak percaya diri untuk tampil hidup dengan sistem Islam. Dan muslim jadi lebih bangga dengan sejarah Barat ketimbang Islam, karena penulisan sejarah Islam jauh dari yang semestinya,” bebernya.
Tiar juga mengungkap, “Kebanyakan penulis sejarah Indonesia, rujukan terbanyaknya adalah sejarawan Barat, atau sejarawan yang terpengaruh paradigma Barat.”
Padahal menurutnya, “Masalahnya ada pada sudut pandang memandang sejarah itu.”
Dan dikatakannya bahwa paradigma sejarah bisa diubah dengan pengalihan rujukan.
“Paradigma sejarah bisa berubah dengan pengalihan rujukan. Di dunia Arab sudah dilakukan hal ini. Di Arab sudah banyak desertasi bagus yang mengkritisi sejarah Islam versi Barat,” sebut dia.
Dan di Indonesia, HAMKA sudah melakukan langkah ini.
“Di indonesia, HAMKA berani mendobrak tulisan sejarah Barat. HAMKA kritis dan menunjukkan bahwa beliau memehami betul sejarah Islam indonesia, sambung dia.
Dan Tiar mengajak agar pemuda-pemudi muslim meneladani sikap dan langkah HAMKA. [IB]