KLATEN, (Panjimas.com) – Air mata meleleh membasahi pipi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak. Hal itu terjadi tatkala ia berkunjung ke rumah Siyono dan mendengarkan ketegaran Suratmi di Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jateng, Rabu (30/3/2016).
Dahnil mendegarkan bagaimana Suratmi begitu tegar dan berani mengembalikan uang pemberian Densus 88.
“Saya tidak bisa membayangkan jika hal itu menimpa keluarga saya. Suratmi begitu tegar dan berani” ungkap Dahnil Anzar Simanjuntak di masjid Munirah kepada awak media.
Suratmi tampak begitu tabah ia tetap keukeuh agar jenazah suaminya diotopsi ulang. Meski resiko yang ditanggung adalah ia diusir dari kampungnya.
”Tidak apa. Saya ikhlas pergi dari sini. Tanah milik Allah luas. Kami siap hidup dimanapun”.
Pernyataan tulus Suratmi tersebut menjawab tuntutan warga. ”Saya trenyuh mendengar pernyataan Bu Suratmi. Nangis saya tadi. ” papar Dahnil.
Ketua Pemuda Muhammadiyah tersebut berpendapat bahwa kasus siyono ini merupakan ‘PR’ (Pekerjaan Rumah) terberat yang harus dihadapi. Betapa tidak, Suratmi harus menyandang status janda dengan tanggungan lima anak yang masih kecil. Siapa yang harus tanggung-jawab membesarkan dan mendidik mereka, sementara negara tidak hadir dalam masalah ini.
Dahnil Azhar juga menyatakan bahwa Ormas Muhammadiyah berkomitmen untuk membantu siapa saja yang terdholimi.
“Siapapun yang meminta perlindungan Muhammdiyah siap memberikan bantuan.Tak mengenal latar belakangnya”
Terkait Siyono, Dahnil Azhar Simanjuntak juga menjelaskan bahwa Siyono bukan merupakan kader Muhammadiyah. Hal ini dilakukan semata-mata sebagai bentuk kemanusiaan saat negara tidak bisa memberikan rasa keadilan.
Usai mengunjungi Suratmi rombongan Muhammadiyah lantas mendatangi makam Siyono dan dilanjutkan ke Kantor Kepala Desa Pogung. [RN]