JAKARTA (Panjimas.com) – Penduduk dunia, khususnya negara-negara kaum Muslimin termasuk Indonesia, tentu masih ingat, pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam KTT Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa kelima Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI).
Pernyataan bersejarah di KTT LB OKI dihadapan 605 delegasi dari 55 negara dan dua organisasi internasional itu adalah, Presiden Jokowi mendorong masyarakat internasional untuk memboikot produk Zionis Israel. (Baca: Presiden Jokowi: KTT Luar Biasa OKI Serukan Boikot Produk Israel)
“Negara-negara OKI mengutuk tindakan Israel. Kami menyerukan pengakhiran penjajahan Israel dan pembentukan negara Palestina atas dasar two state solution,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan di Balai Sidang Jakarta, Senin (7/3/2016) demikian dilansir kantor berita Antara.
Berkaitan dengan hubungan bilateral Indonesia-Palestina, Presiden Jokowi juga menegaskan terus berlangsung harmonis dan dalam waktu dekat Indonesia akan mendirikan Kantor Konsul Kehormatan di Ramallah.
Hanya berselang satu minggu usai KTT LB OKI, Indonesia berusaha merealisasikan pendirian Kantor Konsul Kehormatan di Kota Ramallah, Palestina.
Tetapi, Pemerintah Indonesia harus menelan pil pahit, untuk kesekian kalinya penjajah Zionis Israel melarang Menteri Luar Negeri Indonesia masuk ke Wilayah Otoritas Palestina pada Ahad (13/3/2016). (Baca: Zionis Israel Larang Menlu RI Masuk Ramallah Palestina)
Keputusan Zionis Israel melarang Menlu Retno Marsudi masuk ke Ramallah dibuat karena penolakannya mengunjungi Yerusalem untuk bertemu anggota pemerintahan Israel. Di sisi lain Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik.
Aneh bin ajaib, bila Pemerintah Indonesia bersikap tegas -terlepas apakah itu sekedar pencitraan atau bukan- para wartawan media mainstream justru asik melenggang bertemu pucuk pimpinan Zionis, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Senin (28/03/2016). (Baca: Pekan lalu, Ternyata Pejabat Deplu Israel Diam-Diam Kunjungi Indonesia)
Pada kesempatan itu, PM Israel mengatakan kepada delegasi wartawan Indonesia bahwa “Israel-Indonesia adalah sekutu dalam memerangi Islam radikal. Waktunya telah tiba untuk mengubah hubungan diatara kita,” ujarnya. (Baca: KEMLU Israel Umumkan Kunjungan Delegasi Wartawan Senior Indonesia)
Menyikapi hal tersebut, Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Ustadz Ferry Nur menyatakan, bahwa kunjungan wartawan Indonesia ke negara penjajah Zionis Israel adalah sebuah pelecehan terhadap Indonesia.
Pasalnya selama ini konstitusi Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 45, menentang segala bentuk penjajahan dan menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Hal itulah yang melandasi Indonesia enggan membangun hubungan diplomatik dengan zionis Israel yang masih menjajah wilayah Palestina.
Tak hanya itu, mereka juga telah melecehkan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya menyerukan agar memboikot Israel.
“Mereka telah melecehkan Seruan Jokowi untuk memboikot Israel, padahal belum satu bulan seruan itu disampaikan,” ujarnya kepada Panjimas.com, Rabu (30/3/2016).
Ustadz Ferry Nur juga mendesak pihak aparat penegak hukum yang mengusut kunjungan wartawan yang mengunjungi negara Zionis Israel, karena telah membuat malu nama bangsa. [AW]