SOLO, (Panjimas.com) – Adalah Suratmi seorang wanita yang kini hidup sendiri karena suaminya dibunuh oleh Densus 88 saat penyidikan. Siyono saat ditangkap dalam kondisi hidup tetapi saat pulang kerumah sudah berujud jenazah. Kini Suratmi harus menanggung kelima anaknya.
Ketegaran Suratmi dalam menghadapi musibah tersebut mengandung hikmah bagi semua orang. Meski dalam perjalannya beragam intimidasi diterima oleh Suratmi di saat suaminya meninggal.
Ia dipaksa untuk menerima kondisi jenazah Siyono tanpa perlu mengetahui apa penyebab kematian suaminya. Tak hanya itu Densus 88 pun mencoba menyuap dengan memberikan dua gepok uang sebagai cara untuk tutup mulut. Suratmi juga diminta untuk tidak mengotopsi ulang jenazah suaminya.
Suratmi bukan wanita biasa ia tak mau hanyut dalam kesedihan. Hingga ia berani untuk mengembalikan dua gepok bungkusan koran yang didalamnya berisi uang tersebut ke Kantor Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Tak hanya itu Suratmi juga meminta agar Muhammadiyah mau untuk mengungkap kejanggalan atas kematian Suaminya.
Ketegaran Suratmi tersebut membuat salah seorang Komisioner Komnas HAM pun sampai terharu dan terkagum-kagum.
“Baru kali ini saya melihat seorang wanita yang begitu tegar menerima musibah seperti itu.” Ungkap Siane Indriani kepada Panjimas Rabu, (30/3/2016).
Awalnya dua gepok uang tersebut akan diserahkan ke Komnas HAM tetapi karena Komnas HAM tak sanggup maka dua gepok uang tersebut diserahkan ke Kantor Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta pada hari Selasa, (29/3/2016).
“Suratmi sangat tabah, padahal dengan uang sebesar itu harusnya bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya tetapi ia tak mau menerima” tambah Siane.
Keberanian Suratmi dalam mengembalikan uang pemberian Densus 88 tersebut juga menjadi pembelajaran bagi semua orang. Artinya hilangnya nyawa tidak bisa diganti dengan uang berapapun jumlahnya.
“Suratmi memang wanita hebat” ujar Siane Indiyani diakhir wawancaranya.
Senada dengan Siane Indriyani, Ketua PP Pemuda Muhammdiyah Dahnil Anzar Simanjuntak juga mengungkapkan hal yang sama. Hal ini disampaikan usai bertemu dengan Suratmi dirumahnya di Dusun Brengkang RT 11 RW 5 Pogung Cawas Klaten Jawa Tengah. Rabu, (30/3/2016).
Disaat Kepala Desa Pogung mempengaruhi warga untuk memberi sanki dengan menolak otopsi ulang dan mengusir Suratmi dan anak-anaknya.
“Bumi Allah itu luas, saya akan terus berjuang agar diadakan otopsi ulang. Kalaupun jenazah suami saya tidak boleh dimakamkan di Dusun Brengkang Desa Pogung saya ikhlas dipindah. Bahkan jika saya dan anak-anak saya harus pindah dari rumah tersebut saya juga tidak mempermasalahkannya.” Ujar Dahnil Anzar Simanjuntak menirukan Suratmi. [RN]