RIYADH, (Panjimas.com) – Kepala-Kepala Staf militer dari 34 anggota koalisi negara Islam untuk pertempuran melawan “terorisme” diselenggarakan di Riyadh pada hari Ahad, (27/03/2016).
Pertemuan para pemimpin militer ini adalah yang pertama kalinya sejak koalisi ini diresmikan oleh Arab Saudi bulan Desember tahun lalu.
Menurut laporan Saudi Press Agency, pertemuan hari Ahad itu ditujukan untuk “mengkoordinasikan upaya-upaya dan pengaturan untuk melaksanakan strategi militer, intelektual, keuangan dan media untuk memerangi terorisme”.
Seperti dilansir World Bulletin, Arab Saudi mengumumkan pembentukan aliansi militer ini pada bulan Desember, dan mengatakan tiap anggotanya akan berbagi informasi intelijen, melawan ideologi kekerasan dan mengerahkan pasukan jika diperlukan untuk memerangi para ekstrimis.
“Koalisi ini ada untuk upaya sebelumnya yang diberikan” dalam memerangi “terorisme”, kata jubir Saudi Brigjen Ahmed al-Assiri kepada wartawan setelah pembicaraan.
“Kami sedang berada pada tahap meletakkan dasar-dasar, dan Kami belum membahas rincian spesifik,” katanya.
Beberapa anggota kelompok, termasuk Arab Saudi, merupakan bagian dari koalisi pimpinan AS yang menargetkan kelompok ISIL di Irak dan Suriah.
Arab Saudi juga memimpin koalisi negara-negara Teluk Arab yang meluncurkan intervensi militer terhadap pemberontak syiah houthi yang didukung Iran di Yaman.
Brigjen Assiri mengatakan bahwa Riyadh telah menawarkan tempat dan dana untuk pusat koordinasi untuk koalisi militer baru ini. Ia mengatakan aliansi ini akan beroperasi dalam batas-batas “resolusi dan konvensi PBB yang diakui.”
Dia mengatakan pertemuan para pemimpin militer ini membuka jalan bagi pertemuan para Menteri Pertahanan dalam “waktu dekat”.
Dipimpin oleh Arab Saudi, dalam koalisi ini termasuk Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Turki, Tunisia, Djibouti, Sudan, Somalia, Palestina, Maroko, Qatar, Kuwait, Lebanon, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia , Maroko, Mauritania, Nigeria dan Yaman, bersama dengan sembilan negara di sub-Sahara Afrika.
Secara signifikan, baik Irak ataupun Suriah – yang diketahui luas pemerintah keduanya sangat dekat dengan Syiah Iran – tidak terdaftar sebagai anggota koalisi. [IZ]