TEL AVIV, (Panjimas.com) – Turki adalah “masalah” bagi Israel, asalkan Turki memiliki Kepala Negara yang memiliki “sikap Islam yang kuat”, demikian pernyataan Wakil Kepala Staf Israel Golan Yair memperingatkan pada hari Jumat kemarin (18/03/2016).
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan Golan Yair mengatakan bahwa Israel harus mempersiapkan diri terhadap lebih banyak “masalah dan tantangan” kedepan.
Dia menambahkan bahwa Presiden AS Barack Obama telah me-mediasi kedua belah pihak antara Israel dan Turki selama bertahun-tahun untuk mendapatkan kembali hubungan diplomatik yang terputus saat serangan Israel di kapal bantuan kemanusiaan Turki Mavi Marmara, pada tahun 2010 lalu.
Dari waktu ke waktu, Ankara mengumumkan akan lebih dekat untuk mencapai sebuah kesepakatan, Golan Yair menjelaskan, namun para pejabat Israel tidak memiliki harapan dalam proses rekonsiliasi tersebut.
Pernyataan Wakil Kepala Staff Israel Golan Yair ini disampaikan saat pidato di Pusat Studi Perdamaian Begin-Sadat di Universitas Bar Ilan, Israel.
Sebelumnya, juru bicara kepresidenan Turki mengatakan tidak akan ada rekonsiliasi dengan Israel tanpa pelaksanaan 3 kondisi: 1) Israel harus meminta maaf atas serangan ke kapal Turki, 2) kompensasi terhadap keluarga mereka yang tewas dan 3) mengakhiri pengepungan di jalur Gaza.[IZ]