SOLO, (Panjimas.com) – Setelah terkatung-katung selama 18 hari. Akhirnya jenazah Dodo alias Ponda alias Fonda Amar Solikhin bisa dikebumikan. Pemakaman sendiri dilakukan pada hari Jumat (18/3/2016) pukul 8.00 pagi di pemakaman Syariah Polokarto Sukoharjo Jawa Tengah.
Sebelumnya jenazah Fonda tiba di rumah kampung Brengosan RT 4 RW 11 Purwosari Laweyan Solo pada pukul 4.30 dengan menggunakan mobil ambulan Masjid Baitul Amin.
Usai diganti kafannya jenazah kemudian disholatkan oleh ratusan pelayat yang sedari malam sudah menunggu kedatangan jenazah. Bertindak sebagai imam saat itu adalah Ustadz Abu Husna
Usai melakukan shalat jenazah acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Ustadz Sholeh Ibrahim yang bertindak sebagai koordinator panitia pemakaman.
Tepat pukul 7.45 jenazah lantas dibawa untuk dimakamkan. Acara ini sebelumnya dijadkwalkan pada pukul 8.30 namun karena sesuatu hal akhirnya diajukan.
Selama dalam perjalanan ribuan jamaah terus mengumandangkan takbir. Sesampai di pemakman jenazah Fonda lantas dikuburkan.
Endro Sudarsono Sekjend ISAC (The Islamic and Action Center) yang hadir dipemakaman kepada wartawan menyesalkan atas tindakan densus 88 dalam menangani jenazah Fonda.
“Saya kecewa dengan Densus 88 karena jenazah yang tidak disegerakan dikubur selain itu kondisi jenazah juga tidak dikafani dan diberi formalin sehingga menyebabkan kondisinya membusuk”.Ujarnya.
Didalam tubuh jenazah juga ditemukan luka tembak pada bagian dahi, gigi depan rusak serta perut bagian kiri sobek.
“Kesimpulannya jenazah tidak diperlakukan sebagaimana SOP perwatan jenazah yang benar”
Endro juga menyatakan kekecewaannya karena dalam pemulangan jenazah pemerintah tidak memberikan fasilitas sebagaimana mestinya. Ini dibuktikan dengan biaya menggunakan pesawat ditanggung keluarga sendiri. Begitupula mobil ambulan.
Selain itu dalam perjalanan dari Bandara Juanda menuju Solo tidak ada satupun aparat kepolisian. Inilah yang menjadi pertanyaan besar agenda besar apa yang dilakukan densus 88 tega berbuat seperti itu. [RN]