MANAMA, (Panjimas.com) – Bahrain hari Senin (14/03/2016) kemarin mengumumkan bahwa pihaknya telah mendeportasi beberapa warga Lebanon yang merupakan jaringan Syiah Hezbollah, demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Bahrain melalui akun twitter-nya.
Langkah itu dilakukan setelah Arab Saudi, pada hari Ahad, (13/03/2016) mengatakan akan mendeportasi orang-orang yang bersimpati dengan kelompok militant syiah Hezbollah setelah organisasi Liga Arab menyatakan bahwa gerakan Hezbollah sebagai organisasi “teroris,” mengutip Al Arabiya News Channel.
Sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengutip SPA mengatakan bahwa Warga Saudi dan para ekspatriat akan dikenakan “hukuman berat” di bawah peraturan Kerajaan dan undang-undang anti-terorisme.
Liga Arab pada hari Jumat, (11/03/2016) secara resmi menyatkan bahwa organisasi Syiah Hezbollah Libanon sebagai organisasi teroris, tentunya ini merupakan sebuah langkah yang menimbulkan kekhawatiran akan memperdalam perpecahan di antara negara-negara Arab dan menekan kelompok milisi Syiah, yang berperang di sisi Presiden Bashar al-Assad di Suriah.
Keputusan Liga Arab ini mengikuti keputusan dimasukkannya organisasi Syiah Hezbullah Libanon dalam daftar hitam oleh negara-negara Teluk.
Upaya-Upaya Syiah Memicu Kekacauan di Bahrain
Puluhan orang telah diadili dan divonis hukuman penjara yang cukup lama oleh pemerintah Bahrain yang dikuasai Sunni – setelah Negara itu terguncang oleh kerusuhan yang dipicu kelompok Syiah. Sejak itu pemberontakan sebulan yang dipimpin Syiah ditumpas, kelompok syiah menuntut reformasi Bahrain lima tahun yang lalu.
Terdakwa pertama ditangkap di desa Sitra, mayoritas penduduk Syiah, dimana polisi menemukan “senjata api dan bahan peledak” di apartemennya, kata Jaksa Ahmed al-Hammadi.
Dia mengatakan pria itu berencana untuk menggunakan senjata api untuk melaksanakan aksi terorisme 2 terdakwa lainnya dipenjara karena keterlibatan mereka dalam kasus yang sama.
Bahrain pekan lalu juga memenjarakan 3 orang dengan hukuman seumur hidup dan terdakwa lainnya dihukum untuk 15 tahun karena menyerang bus selama aksi demonstrasi protes di sebuah desa Syiah 2 tahun lalu.
Bulan November lalu, mengutip Reuters dilaporkan bahwa 5 warga Bahrain dihukum karena bersekongkol (konspirasi) dengan Iran untuk melakukan serangan di dalam Negeri Bahrain. Mereka dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan dilucuti status kewarganegaraannya, dikutip dari pernyataan Jaksa Penuntut Umum Bahrain sebagaimana dirilis oleh Kantor berita nasional Bahrain, Bahrain News Agency
Bahrain yang merupakan Kerajaan Muslim Sunni mengatakan bahwa Negara tetangganya Syiah Iran sedang mencoba untuk memicu serta menggerakkan kerusuhan di antara penduduknya yang mayoritas Syiah, sementara Teheran membantah pernyataan ini.
Awal November, Kementerian Dalam Negeri Bahrain juga mengatakan telah menangkap 47 anggota kelompok tersebut, selain itu mengatakan bahwa Mereka memiliki hubungan dengan “elemen terror di Iran” dan juga sedang merencanakan serangan.
Pernyataan itu mengatakan 5 orang terdakwa itu terbukti berkomunikasi dengan anggota Pasukan Garda Revolusi Iran dengan tujuan melakukan serangan pada bank dan gedung-gedung publik.
2 dari 5 warga Bahrain itu telah dilatih di Iran oleh Pasukan Garda Revolusi [IRGC], sementara yang lainnya memberikan bantuan keuangan dan logistik, kata al-Hammadi.
Bulan Oktober lalu Bahrain juga memanggil pulang Duta Besarnya untuk Iran, sehari setelah pasukan keamanan Bahrain menemukan sebuah pabrik besar pembuatan bom dan telah menangkap sejumlah tersangka yang juga terkait dengan Pasukan Garda Revolusi Iran.
Negara yang merupakan tempat Pangkalan dari Armada Marinir ke-5 AS [US .Navy’s Fifth Fleet] itu , pernah menghadapi demonstrasi massa Syiah saat gelombang Arab Spring tahun 2011, yang menuntut reformasi politik
Bahrain merupakan Negara kecil namun letaknya sangat strategis, yang terhubung dengan pembangkit tenaga listrik daerah Sunni Arab Saudi oleh sebuah jalur penyeberangan, Bahrain terletak di seberang Negara Syiah Iran.
Meskipun tindakan kerasan pada pemberontakan tahun 2011, para pengunjuk rasa terus melakukan aksi bentrokan dengan Kepolisian Bahrain terutaa di desa-desa Syiah di luar ibukota Manama. [IZ]