JAKARTA, (Panjimas.com) – Wakil Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI Pusat, Brigjen (Pol) Anton Tabah menganggap, meninggalnya terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, Siyono (39) yang tengah menjalani pemeriksaan oleh Densus 88 penuh kejanggalan. Maka dari itu, perlu kajian serius untuk mengungkap alasan meninggalnya Siyono tersebut.
“Apalagi tewasnya sangat aneh, kelahi dengan polisi di mobil yang membawanya atau menangkapnya. Walau dengan berbagai alasan, ini sangat aneh dan perlu kajian serius,” kata Anton, di Jakarta, Selasa (15/3/2016). Seperti dilansir republika.
Pria yang juga mantan penyidik tersebut mempertanyakan apakah Siyono saat dibawa dalam mobil tersebut diborgol atau tidak. Jika Siyono diborgol, maka tidak mungkin akan menyerang polisi. Sementara jika saat berada dalam mobil tersebut Siyono tidak diborgol, maka kesalahan ada pada Densus 88.
“Ingat, tersangka terkenal sejagat, Michael Jackson saja, diborgol. Padahal kasusnya pelecehan seksual,” ucap Anton.
Anton melanjutkan, tersangka haruslah dilindungi juga keselamatannya yang salah satunya dengan cara diborgol. Maka dari itu, Anton menghimbau agar semua pihak, termasuk LPSK agar mau menjelaskan pentingnya memborgol tersangka, karena itu bukan semena-mena, melainkan juga untuk keselamatan tersangka dan petugas.
Anton kawatir, peristiwa seperti yang terjadi pada Siyono ini dapat menimbulkan kelompok baru yang lebih radikal.
“Itu sebagai balas dendam terhadap anggota-anggota polri di lapangan yang bisa saja tidak berdosa,” kata Anton. [RN]