PALU (Panjimas.com) – Anggota Tim Pembela Muslim (TPM) Palu, Andi Akbar, menyesalkan sikap Polda Sulteng yang tak kunjung memulangkan jenazah Dodo alias Ponda alias Fonda Amar Solikhin.
Padahal, sudah lebih dari dua pekan, jenazah ditahan di RS Bhayangkara, Palu, namun hingga kini tak jelas kapan bisa dimakamkan. (Baca: Didesak TPM Pulangkan Jenazah Ponda yang Dua Minggu Ditahan, Polda Sulteng Baru Mau Rapat)
“Sampai sekarang kita belum juga diberi kabar kepastian jenazah untuk bisa diserahkan kepada keluarga,” kata Andi Akbar kepada Panjimas.com, Selasa (15/3/2016).
Pihak keluarga, sejak dikabarkan Ponda meninggal dunia langsung berangkat menuju Palu guna melakukan pengurusan jenazah. Mereka telah mengikuti seluruh prosedur yang diminta pihak Polda. Namun, jenazah tak kunjung diserahkan bahkan cenderung dipersulit.
“Alasan Polda seperti itu mengada-ada, tidak rasional. Padahal kita sudah minta secara yuridis apa alasan sebenarnya?” tanya Andi.
TPM menduga, ada sesuatu di balik penundaan pemulangan jenazah Ponda yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cepat.
“Sinyaleman kita, sepertinya Polda menginginkan dimakamkan di sini (Palu), kalaupun begitu sampai saat ini pun tidak ada kejelasan, itu baru dugaan saja. Dengan ditunda sekian lama kan Polda punya alasan, jenazah sudah rusak, sudah busuk jadi harus dimakamkan di sini,” ujarnya.
Ia menambahkan, sikap Polda yang mengulur waktu pengurusan jenazah adalah sebuah pelanggaran HAM.
“Itu justru melanggar, karena jenazah itu adalah hak keluarga, jenazah itu bukan milik Polda. Serahkan saja kepada pihak keluarga mau dimakamkan dimana,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Fonda Amar Solikhin meninggal dunia dalam baku tembak dengan aparat kepolisian pada Senin, 29 Februari 2016, di pegunungan Desa Torireh, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Fonda lahir di Solo pada 12 Mei 1994 putra dari Joko Tri Priyanto, yang kini tengah mendekam di penjara. Tak lama setelah mendengar kabar Fonda meninggal dunia, Umi Widayati selaku ibu kandung Fonda Amar Sholihin bergegas menuju RS Bhayangkara Palu untuk melihat jenazah, hingga pada hari Kamis, (03/03/2016) ia menyampaikan kesaksiannya melalui jurubicara keluarga, Eko, yang turut mendampingi.
Menurut Eko jenazah Fonda masih berkeringat di dahi, ada darah di hidungnya, jari telunjuknya terkesan akan berusaha mengacungkan simbol tauhid.
Eko juga menyampaikan bahwa bahwa ada luka yang sudah dijahit di bagian dada sebelah kiri dan sebelah kanan. [AW]