SOLO, (Panjimas.com) – Dalam orasinya saat aksi unjuk rasa menuntut pembubaran Densus 88, Selasa (15/3/2016), Ketua Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) Edy Lukito menyampaikan bahwa sejak 2005 Densus 88 mendapat kucuran dana dari Amerika Serikat sebesar 18 juta triliun.
“Densus 88 pada tahun 2005 menurut Da’i Bachtiar (kala itu menjabat Kapolri, red) sudah terkucur dana dari Amerika Serikat 18 triliun digelontorkan untuk pemerintah Republik Indonesia lewat Densus 88. Akhir 2018 nanti dana itu masih,” ungkap dia.
Dana sebedar itu, lanjut Edy, bukan untuk menyejahterakan bangsa Indonesia, namun untuk melakukan pembantaian bangsa sendiri secara kejam.
“Audit mereka! Dana sebesar itu bukan untuk kesejahteraan umat Islam, tetapi untuk membunuh umat Islam,” sambung dia.
Edy pun menunjukkan betapa tindakan brutal Densus 88 berbuntut panjang.
“Janda-janda tanggungjawab siapa? Sekolah anak-anak mereka tanggungjawab siapa? Mereka terisolir dari masyarakat karena cap-cap teroris dari Densus 88,” bebernya.
Kebohongan bahwa pembentukan institusi di bawah Polri tersebut sebagai upaya menumpas tindak terorisme tampak pada sikapnya yang diskriminatif. Salah satu contohnya kasus penembakan yang menewaskan anggota TNI/Polri justru tidak ditindak.
“Maka pembubaran Densus 88 harus saat ini!” tegas Edy.
Dikatakan pula oleh orator lain, “Kelakuan Densus 88 adalah radikalisme yang diajarkan Densus 88.”
Sementara itu orator lainnya Ahamad Sigit berpesan kepada anggota Densus 88 yang yang berada di tengah-tengah aksi untuk segera bertobat.
“Saya berpesan kepada anggota Densus 88 yang ada disisi, jika kalian muslim segeralah bertobat. Karena atas perbuatan kalaian banyak para aktivis Islam yang meninggal. Kedua jika kalian meninggal maka diakherat kelak akan dimintai pertanggung jawabannya.” Ujarnnya penuh semangat.
Ahmad Sigit juga berpesan bahwa Revisi UU Terorisme tidak perlu. Sebab jika hal tersebut dilakukan maka jumlah korban dari kebiadaban Densus 88 akan bertembah semakin banyak. [IB]