KLATEN, (Panjimas.com) – Kondisi jenazah Siyono tampak memprihatikan, sekujur tubuhnya terlihat penuh dengan luka-luka. Hal itu diketahui setelah pihak keluarga membuka kain kafan.
“Ada beberapa luka ditubuh Siyono diantaranya luka lebam di wajah bagian kanan dan juga kedua kakinya yang bengkak” ungkap Endro Sudarsono Sekjend ISAC kepada wartawan disela-sela menunggu kedatangan jenazah Siyono Ahad, (13/3/2016) dini hari.
Hal inilah yang membuat semua pihak menjadi bertanya-tanya. Sebab, dalam hal ini Densus 88 telah berbuat teledor dengan menyebabkan hilangnya nyawa seseorang saat dalam penyelidikan.
ISAC juga menila pernyataan Kapolri tidak beralasan. Jika kemudian Kapolri menegaskan meninggalnya Siyono karena melawan Densus 88, hal itu sangat tidak masuk akal sebab, saat seseorang ditangkap Densus 88 orang tersebut diborgol tangan serta kakinya dan ditutup mukanya prosedur itu dilakukan selama 7x 24 jam. Tak hanya itu dalam melakukan penangkapan Densus 88 selalu membawa banyak personel.
“Bagaimana mungkin seseorang bisa melawan Densus 88 dengan kondisi seperti itu” ujarnya.
Terkiat hal ini lah beberapa ormas Islam akan melakukan protes dengan segala upaya. Mulai dari mendatangkan Komnas HAM hingga membawa ke Komisi III DPR.
Kejadian seperti ini harus segera dihentikan karena Densus 88 dalam hal ini semakin tak terkendali dan tidak memperdulikan terhadap nyawa seseorang. [RN]