JAKARTA, (Panjimas.com) – Solusi “Dua Negara” yang diusulkan Presiden Joko Widodo saat pidato dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk memerdekakan Palestina, dinilai penggiat komunitas sejarah bertolak belakang dengan Soekarno.
“Soekarno dulu tidak pernah mengusulkan dua Negara untuk kemerdekaan Palestina. Karena itu sama saja dengan mengakui Israel,” kata Beggy Rizkiansyah kepada Panjimas, Selasa (08/03/2016).
Ia melanjutkan, jangankan mengusulkan dua Negara, timnas sepakbola Indonesia melawan Israel saja tidak diizinkan oleh Soekarno.
“Intinya jangan member solusi eksistensi Israel lewat dua Negara,” pungkasnya.
Beggy menilai jika pemerintah mendukung solusi dua Negara maka mereka tidak belajar dari sejarah.
Selain itu, Beggy menjelaskan bahwa rakyat Indonesia telah memberikan dukungan terhadap Palestina sebelum Indonesia sendiri merdeka.
“Tahun 1938 PBNU telah mengeluarkan seruan kepada ormas dan partai Islam untuk bersikap tegas terhadap bangsa Zionis dan membantu rakyat Palestina,” jelasnya.
Beggy menambahkan selain PBNU, organisasi lain seperti Jong Islamieten Bond (JIB) yang digerakkan oleh Moh. Natsir juga mendukung Palestina dan menolak tembok ratapan dekat Masjid Al-Aqsha.
“Soekarno juga menyumbang 18 ribu dollar untuk renovasi Masjid Al-Aqsha, uang itu diserahkan kepada KH.Saifuddin Zuhri, Menteri Agama saat itu,” tutupnya.[TM]