ANKARA, (Panjimas.com) – Mantan Menteri Luar Negeri mesir di era Husni Mubarak, Ahmed Aboul Gheit terpilih pada hari Kamis malam (10/03/2016) sebagai Sekretaris Jenderal Liga Arab, seperti dilansir oleh AA.
22 anggota Liga Arab memilih seorang diplomat veteran Mesir sebagai Sekretaris Jenderal dalam sesi Kamis malam. Ahmed Aboul Gheit adalah satu-satunya pesaing untuk posisi tersebut.
Ahmed Aboul Gheit, kini memasuki usia 73 tahun. Ia dicalonkan oleh Mesir, dan akhirnya terpilih dan didaulat sebagai ketua Liga Arab ke-8. Aboul Gheit akan memimpin Liga Arab untuk jangka waktu 5 tahun kedepan.
Menurut laporan Associated Press, penunjukan ini datang pada saat Timur Tengah mengalami situasi kritis, yang mana Suriah telah dilanda perang selama 5 tahun, Suriah menjadi medan perang proksi regional dan unjuk rivalitas antara Arab Saudi dan Iran pada layar penuh, dan pertempuran melawan ISIS yang mulai menguasai dan memperluas wilayah di beberapa area di negara Arab.
Aboul-Gheit, mantan Duta Besar Mesir untuk PBB dan diplomat veteran di bawah rezim otokrat Hosni Mubarak, banyak diharapkan untuk memenangkan persetujuan dari anggota-anggota liga Arab. Ini adalah protokol lama bahwa Mesir, sebagai tuan rumah dari berdirinya Liga Arab, mencalonkan kandidat pemimpin organisasi regional ini. Liga Arab selama ini hampir secara eksklusif dipimpin oleh Mesir.
Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa mengumumkan keputusan itu setelah beberapa menit terakhir perdebatan, mengatakan bahwa “Aboul-Gheit akan memimpin dalam jangka 5 tahun sebagai Sekretaris Jenderal, efektif mulai 1 Juli mendatang”.
Para diplomat mengatakan sebelumnya bahwa Qatar dan Sudan telah menentang pilihan terhadap Aboul-Gheit, kemudian pihak Mesir dan Arab Saudi melobi mereka untuk menerima pilihan itu. Mereka berbicara dengan syarat anonimitas karena mereka tidak berwenang untuk mengungkapkannya kepada para wartawan.
Sekjen dapat dipilih dengan mendapatkan minimal (2/3) dua pertiga mayoritas suara negara-negara anggota, tetapi para anggota liga lebih memilih untuk mendapatkan kesepakatan bulat.
Bergolaknya kawasan timur tengah telah melemahkan Liga Arab sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan 3 penguasa otokratis lama, selain itu pergolakan juga telah memicu terjadinya 3 perang saudara.
Akan tetapi, meskipun Liga Arab berkurang pengaruhnya, kepemimpinan yang kuat mungkin membantu menopang front kekuatan Sunni Arab yang dipimpin Saudi melawan Syiah Iran pada saat terjadinya keterlibatan militer yang sedang berlangsung oleh Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya di Yaman dan Suriah.
Sekjen Liga Arab terdahulu termasuk berpandangan nasionalis pan-Arabisme seperti Amr Moussa dan Nabil Elaraby. Sosok Aboul-Gheit muncul untuk menandai pergeseran pandangan karena ia dikenal sebagai diplomat pragmatis dengan permusuhan yang kuat terhadap faksi politik Islam seperti Ikhwanul Muslimin, organisasi induk dari Hamas, yang menguasai Jalur Gaza.
Aboul-Gheit adalah Menteri Luar Negeri terakhir di bawah rezim Mubarak, yang digulingkan pada pemberontakan Mesir tahun 2011. Ia digantikan setelah penggulingan Mubarak dan berdiam diri sementara banyak dari loyalis Mubarak dikirim ke pengadilan untuk percobaan dalam kasus korupsi terkait.
Untuk diketahui, Aboul Gheit, dikenal luas sebelumnya sebagai Menteri Luar Negeri Mesir periode 2004-2011 selama era Hosni Mubarak, ia menjadi suksesor Sekjen Liga Arab sebelumnya Nabil El-Araby, yang juga mantan pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Mesir selama 3 bulan Maret – Juni 2011. Dari 8 Sekretaris Jenderal yang pernah memimpin Liga Arab, 7 diantaranya berasal dari Mesir.
Liga Arab, Jami?at ad-Duwal al-?Arabiyah, adalah organisasi regional dari beberapa Negara Arab di sekitar kawasan tanduk Afrika Utara dan jazirah Arab. Liga Arab didirikan di Kairo, pada tanggal 22 Maret 1945 oleh Mesir, Irak, Yordania, Libanon, Arab Saudi, dan Suriah. 2 bulan pasca didirikan, Yaman bergabung sebagai anggota, dan saat ini Liga Arab memiliki 22 anggota. Saat Konflik Suriah meletus di 2011, keanggotaan Suriah ditangguhkan. [IZ]