MOJOKERTO (Panjimas.com) – Para pendemo yang terdiri atas FPI Mojokerto, Pasukan Ahlusunnah Wal Jamaah (PASJAM),Jama’ah Ansharusy Syariah Mudiriyah (JASM) Mojokerto, dan Tajlul Muslimin Indonesia Jatim lalu bergeser dan mendatangi kantor Pemkot Mojokerto di Jl Gajah Mada. Perwakilan dari pendemo itu kemudian bertemu dengan Wali Kota Mojokerto, Mas’ud Yunus di kantor pemkot.
Usai pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit itu, Ketua Tajlul Muslimin Indonesia Jatim, Muhammad Hafid bin Tholib menjelaskan, bahwa Wali Kota Mojokerto berjanji akan menutup semua praktik prostitusi di berbagai tempat di Mojokerto, termasuk dugaan di Balong Cangkring, termasuk warkop dan cafe-cafe.
“Kami menunggu janji dari Wali Kota, dimana pada 29 Mei mendatang, semua prostitusi akan ditutup,” tuturnya di kantor pemkot, Selasa (8/3/2016).
Dia dan elemen ormas lain akan bersabar menunggu janji dari Pemkot Mojokerto. Jika dalam 29 Mei mendatang, janji itu tak ditepati, maka dia dan teman-teman akan mendatangi tempat-tempat prostitusi dan membakarnya. Dia menegaskan, elemen organisasinya bukan musuh pemerintah, tapi kemaksiatan. “Kami akan serahkan ini ke polisi dan pihak terkait. Kalau janji tak dipenuhi, kami yang akan membakarnya,” tegasnya.
Kasatpol PP Kota Mojokerto tidak luput dari sasaran kemarahan Perwakilan FPI di kantor Walikota karena dia adalah pemilik Cafe Sinta Jampirogo yang termasuk membuat resah di masyarakat.
Sebelumnya, Wali Kota Mas’ud Yunus menguraikan, bebas dari prostitusi menjadi desakan dari Pemprov Jatim dan harus bersih pada pertengahan tahun ini. “Kami pastikan pada 29 Mei 2016 ini Kota Mojokerto bersih dari prostitusi. Saya jamin tak akan ada lagi praktik prostitusi di kota ini,” tuturnya. Dia mengatakan, untuk memastikan praktik prostitusi bersih, pemkot sudah membentuk tim khusus untuk melakukan upaya penertiban praktik prostitusi di semua daerah, termasuk diduga di Balong Cangkring.
Selain itu, dia juga menggandeng kepolisian dan TNI untuk ikut melakukan pengawasan di tempat itu. “Kami juga akan mendirikan posko di Balong Cangkring. Itu untuk mengawasi ada tidaknya praktik prostitusi di tempat itu,” terangnya. [AW/FPI]