KOTAMOBAGU (Panjimas.com) – Shalat gerhana di masjid Muthmainnah, Kampus Akademi Dakwah Islam (ADI), Jalan Bohusami RT 22/RW 10, Gogagoman, Kotamobagu, Sulawesi Utara berjalan dengan khidmat.
Suasana pagi yang cerah, di mana awalnya matahari bersinar terang, lalu lambat laun sinarnya meredup. Jurnalis Panjimas.com juga berhasil mengabadikan fenomena langka, gerhana matahari sebagian yang terlihat dari kota tersebut.
Kampus ADI didirikan oleh pakar kristologi, Ustadz Insan Mokoginta dan Pembina Ustadz Decky Mokodompit.
Hingga kini puluhan dai menempuh pendidikan di kampus tersebut dengan mendapatkan beasiswa alias gratis.
Bertindak selaku imam dan khatib adalah mahasiswa ADI, Ustadz Erwin Paputungan. Ia menyampaikan, pentingnya menyambut fenomena gerhana matahari sesuai dengan tuntunan dalam Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044).
Khatib menyayangkan perilaku masyarakat di sebagian wilayah di Indonesia yang menyambut gerhana dengan menggelar hiburan yang cenderung mengundang maksiat.
“Dengan adanya fenomena gerhana, seharusnya kita khawatir akan datangnya adzab Allah. Bukan seperti orang-orang saat ini yang menyambutnya dengan maksiat, dengan hanya menonton atau mengamati dari sisi ilmiahnya saja,” kata Ustadz Erwin Paputungan di hadapan jamaah yang hadir di masjid Muthmainnah, Rabu (9/3/2016).
Terakhir khatib berpesan agar umat Islam meningkatkan iman dan takwa serta memperbanyak amal shalih.
“Siapa tahu ini tanda dekatnya hari kiamat,” tegasnya. [AW]