YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Warga Glagah, Kemiri, Tanjungsari, Gunungkidul, DIY berharap, dengan adanya sinergi dakwah kampungnya tetap bertauhid selamanya.
“Harapannya, dengan adanya sinergi dakwah seperti ini, akan menggugah masyarakat untuk ke depannya bersama-sama ke masjid lagi, anak-anak TPA lagi. Semakin maju lagilah dalam menjaga ketauhidan kita,” ucap Dewi, warga Glagah usai acara bakti sosial pembagian mukena di kampungnya, Ahad (6/3/2016).
Kampung Glagah terletak di jalur Wonosari-Pantai Baron KM 12. Kampung ini memiliki 150 Kepela Keluarga (KK) yang hampir semuanya muslim. Hanya ada dua KK saja yang non muslim. Satu penduduk asli, dan satu lagi pendatang. Pendatang inilah yang menjadi perhatian dan menuntut kewaspadaan kaum muslimin. Dia adalah pendeta sebuah Gereja Kristen Jawa (GKJ) yang terletak di lain kecamatan.
“Hanya ada satu keluarga asli yang non muslim, dan satu keluarga pendatang yang pendeta. Datangnya sejak tujuh tahun lalu,” sebutnya.
Namun walau hampir semua warga muslim, kegiatan dakwah di sana masih sangat kurang.
“Kegiatan dakwah sementara ini hampir belum ada. Tidak ada (figur ulama, red) yang ditokohkan. Pengajian hanya Rabu Pahingan (35 hari sekali),” ungkap dia.
Warga lain yang juga takmir masjid mengatakan bahwa desa sebelah, yakni Kemadang sudah menjadi korban kristenisasi sejak lama. Dan para korban kebanyakan malah dari kalangan orang kaya. Sedang warga dengan ekomoni biasa tetap menjaga aqidah mereka.
“Yang banyak non muslimnya di sana, Kemadang. Di sana juga yang ada gereja. Setelah ada kristenisasi juragan-juragan malah pada masuk Kristen, tapi yang orang kecil masih tetap menjaga dirinya,’ ungkap dia.
Sumber lain mengungkapkan bahwa anak-anak TPA di Glagah mulai surut semangaat mengajinya, setelah ada kegiatan latihan kesenian yang kabarnya pendeta tersebut berperan dalam mengadakannya.
Pendeta tersebut memiliki banyak dana. Dia punya minimarket Indimaret yg terletak di Jalan Baron KM 12. Dan Dewi juga menyebut bahwa pendeta itu sudah mulai melakukan pemberdayaan ekonomi kepada warga berupa pinjaman sapi. Selain itu juga sudah membeli beberapa lahan di desa tersebut.
“Untuk misinya memang belum kelihatan. Namun saat ini yang dilakukan meminjam-minjamkan sapi, juga beli-beli tahan untuk investasi. Ya sawah, gunung, gitu-gitu,” ucapnya.
Tapi meski belum nampak jelas misi kristenisasinya, Dewi mengatakan bahwa pembentengan aqidah harus diusahakan sejak dini.
“Namun meski belum kelihatan misinya, kita berusaha membentengi dulu,” pungkas dia. [IB]