JAKARTA, (Panjimas.com) – Dukungan terhadap Muslim Azerbaijan juga dilakukan oleh para pemuda Muslim di Jakarta, Indonesia. Mengutip Miraj News, memperingati 24 tahun tragedy Khojaly, Pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI), pada hari Senin (23/2/2016), melakukan aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta memperingati peristiwa genosida di kota Khojaly, Azerbaijan, yang dilakukan oleh tentara Armenia pada Februari 1992 silam.
Dalam orasinya, Presiden Pemuda OKI Indonesia Taufik Lubis menyatakan, Pemerintah Indonesia haruslah mengakui bahwa telah terjadi genosida di Khojaly sebagai bentuk kepedulian terhadap tragedi kemanusiaan di Azerbaijan.
Aksi damai bertema “Keadilan untuk Khojaly – Tragedi Kemanusiaan yang Terlupakan” merupakan bentuk nyata dukungan masyarakat Indonesia terhadap Muslim di negara bekas jajahan Uni Soviet itu.
Tentang tragedy Khojaly itu, PBB mengeluarkan Resolusi melalui Dewan Keamanan Nomor 822, 853, 874 dan 884. Sementara OKI mengeluarkan resolusi No. 15-PE/7-CONF yang dikeluarkan pada tahun 2012 ketika mengadakan Konferensi di Palembang.
Taufik Lubis juga mengatakan bahwa belum ada upaya nyata untuk membawa para pelaku ke Pengadilan Internasional,” ujarnya.
Menurut Kedutaan Besar Azerbaijan di Indonesia, negara Amerika Serikat, Meksiko, Pakistan, Kolombia dan Republik Ceko telah mengakui adanya tragedi itu.
Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia, Tamerlan Karayev bercerita tentang Genosida atau pembantaian umat muslim di negaranya oleh tentara Armenia pada Februari 1992 silam. Saat itu, kata Dubes Tamerlan, 83 anak-anak tak berdosa dibunuh oleh tentara Armenia.
Ini bermula saat tahun 1990 akibat perjuangan berdarah rakyat Azerbaijan dalam meraih kemerdekaan dari tentara Uni Soviet. Sejak kemerdekaan tak ada tentara, tak ada pemerintahan, tak ada kestabilan dan tak ada aturan untuk membuat ruang demokrasi baru.
“Saat itu para pemimpin politik Armenia, berpikir tak mungkin hidup bersama umat muslim. Mereka mulai mempengaruhi rakyatnya untuk membenci umat muslim, untuk mengusir rakyat Azerbaijan, bergabung Soviet-Armenia,” ungkapnya di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI).
Lebih lanjut Dubes Azerbaijan untuk Indonesia mengatakan bahwa Pemerintah Armenia menyangkal aksi kejahatan terhadap penduduk di Khojaly. Pihak Azerbaijan menganggap Armenia sengaja memalsukan fakta dan memberikan gambaran yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya.
Untuk diketahui, Khojaly adalah kota di wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, yang menjadi tempat terjadinya pelanggaran kemanusiaan, genosida oleh pasukan Armenia yang menginvasi daerah tersebut pada 25-26 Februari 1992.
Menurut catatan Pemerintah Azerbaijan, 613 orang tewas dalam kejadian tersebut, sementara 1.275 orang lainnya dipenjara dan 150 orang dinyatakan hilang. [IZ]