JAKARTA (Panjimas.com) – Imam Besar FPI, Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab meminta pemerintah tak berlebihan memberikan penghargaan terhadap etnis Tionghoa.
Hal itu disampaikan Habib Rizieq menyikapi Mendagri Tjahjo Kumolo yang meresmikan monumen Laskar Tionghoa di TMII, pada Sabtu (20/2/2016) lalu.
Pasalnya, rakyat Indonesia masih menyimpan luka mendalam atas Habib Rizieq Bongkar Sejarah Poh An Tui: Laskar Cina Kafir Pengkhianat & Pembunuh Muslim Pribumipengkhianatan laskar Cina/Tionghoa Poh An Tui, yang mendukung PKI dan membantai warga pribumi. (Baca: Habib Rizieq Bongkar Sejarah Poh An Tui: Laskar Cina Kafir Pengkhianat & Pembunuh Muslim Pribumi)
“Pemerintah harusnya belajar, dulu di Indonesia ada poros Jakarta-Beijing, kemudian ada pengkhianatan-pengkhianatan yang dilakukan oleh PKI yang memiliki kerjasama dengan partai komunis di Beijing sana. Pemerintah harus belajar dari sejarah supaya ke depan tidak terulang lagi,” kata Habib Rizieq kepada Panjimas.com, di Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (25/2/2016).
Menurutnya, laskar Cina Komunis Po An Tui adalah fakta sejarah yang tak bisa diingkari, peresmian monumen laskar Tionghoa justru bisa menyakiti hati rakyat.
“Di Indonesia dulu ada Poh An Tui, laskar Cina Komunis yang melakukan tindakan-tindakan penekanan, perampasan kepada masyarakat, bekerjasama dengan Belanda Sosialis ketika itu. ini fakta sejarah,” ujarnya.
Pada prinsipnya, FPI setujua sikap diskriminasi harus dihapus dan intoleran dihilangkan, namun jangan berlebihan menganggap mereka pahlawan.
“Karena itu, pemerintah jangan terlalu berlebihan. Saya setuju diskriminasi harus dihapus, saya setuju Hak Asasi Manusia yang tidak melanggar Syariat itu harus ditegakkan, sikap intoleran juga harus dihilangkan, saya setuju warga keturunan Tionghoa tidak boleh didiskriminasi, mereka harus diberikan hak politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Tapi kita jangan kebablasan,” tandasnya. [AW/Tommy]