ANKARA, (Panjimas.com) -Turki bergabung dengan kecaman-kecaman internasional lainnya atas serangan pembakaran terhadap sebuah Masjid bersejarah Denya di Republik Siprus, hari Selasa (23/02/2016).
Dalam sebuah pernyataan persnya, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa serangan pembakaran terhadap Masjid Deneia seharusnya tidak terjadi karena dapat mengganggu negosiasi penyatuan kembali pulau mediterania itu.
“Suasana yang positif saat ini ada seharusnya tidak akan dipengaruhi oleh jenis serangan pembakaran ini, [yang datang] pada saat tahap akhir dari solusi panjang di Siprus yang sedang akan tercapai itu,” kata Kementerian Luar Negeri Turki itu.
Komite Teknis Warisan Budaya (Technical Committee on Cultural Heritage) dan Lembaga Program Pembangunan PBB [UNDP] juga telah mengeluarkan pernyataan bersama mengutuk serangan pembakaran terhadap Masjid bersejarah di Deneia pada hari Ahad (21/02/2016).
“Komite Teknis Warisan Budaya dan United Nations Development Programme bersatu dengan semua masyarakat dari Deneia dan Siprus dan akan terus melanjutkan usaha-usaha mereka untuk menjaga warisan Siprus ‘,” demikian pernyataan itu.
Masjid di Deneia, Distrik Nicosia, Republik Siprus merupakan salah satu situs warisan dunia yang pertama kali dipilih oleh Komite Teknis Warisan Budaya untuk mendapatkan keuntungan dari sokongan dana Uni Eropa dan program UNDP.
Pernyataan itu juga mengatakan bahwa perwakilan dari Komite Teknis Warisan Budaya dan UNDP telah mengunjungi Masjid pada hari Ahad pagi (21/02/2016) dan menilai kerusakan terjadi pada bagian atap Masjid.
“UNDP tetap siap untuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk pemulihan atap yang rusak dan telah bekerja dalam koordinasi penuh dengan otoritas lokal untuk memastikan perlindungan warisan budaya ini di masa depan,” tambah pernyataan itu.
Serangan pembakaran itu terjadi dan dilaporkan pada hari Ahad pagi waktu setempat, mendorong kedua pemimpin Siprus yang bersengketa untuk mengutuk insiden tersebut dan meminta pihak berwenang untuk sampai menyelidiki serangan ini tanpa penundaan.
Pemimpin Siprus-Turki Mustofa Akinci mengatakan bahwa ia sangat sedih mendengar serangan pembakaran terhadap Masjid Denya, dan ia pun menambahkan bahwa serangan itu tidak hanya menghantam umat Islam akan tetapi juga merupakan serangan terhadap seluruh umat manusia.
“Orang-orang yang telah melakukan kejahatan ini juga melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan harus dihukum dengan cara yang paling keras,” kata Akinci. “Hal ini jelas terlihat bahwa orang-orang yang telah melakukan serangan ini tidak menginginkan Siprus untuk mencapai masa depan yang damai dan penuh ketenangan.”
Akinci mengatakan bahwa renovasi Masjid Denya berada dalam wewenang Komite Teknis Warisan Budaya di Siprus dan renovasi telah diselesaikan pada Desember 2014 setelah sebelumnya Masjid bersejarah ini diserang pada Januari 2013.
“Serangan kriminal semacam ini , tidak peduli siapa yang di belakangnya dan motif apa yang mereka miliki, hanya dapat mengatur untuk menciptakan kekacauan dalam usaha kami untuk mengakhiri pendudukan dan membawa tentang penyatuan kembali tanah air kita” kata pernyataan resmi Presiden Nicos Anastasiades yang disokong Yunani.
Presiden Siprus Turki Mustafa Akinci juga mengutuk insiden itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya. “Saya mengutuk insiden yang tidak dapat diterima ini. Saya berharap bapak Anastasiades untuk membuat segala upaya, untuk pelaku dapat ditemukan dan diadili, dan berharap bahwa hasil yang solid dapat dicapai “, katanya.
Setelah mendapat panggilan pada hari Ahad pagi dan 3 mobil pemadam kebakaran dari Lakatamia tiba di tempat kejadian dan dapat mengendalikan situasi pada jam 06:32 minggu pagi.
Mengutip laporan In-Cyprus bahwa pihak berwenang meyakini bahwa pelaku pembakaran mengangkat genteng dan menuangkan cairan yang mudah terbakar ke dalam Masjid sebelum menyulut api. Masjid bersejarah Deneia ini telah menjadi subyek dari serangan sebelumnya.
Pihak Kepolisian sedang menyelidiki kasus ini sementara pihak berwenang sedang dalam proses memperbaiki kerusakan Masjid bersejarah itu.
Untuk diketahui, Republik Siprus adalah sebuah negara pulau di Laut Tengah bagian timur, ±113 km di sebelah selatan Turki dan 120 km di sebelah barat Suriah. Ibu kotanya adalah Lefkosia atau Nikosia.
Republik Siprus terbagi menjadi Siprus-Turki dan Siprus-Yunani pada tahun 1974 ketika Turki ikut terlibat dalam menanggapi kudeta yang bertujuan menyatukan pulau tersebut.
Intervensi Turki di tahun 1974 dilakukan menyusul kudeta militer yang terjadi di Yunani.
Sejak itu, Siprus telah terbagi antara masyarakat Turki dan Yunani, sementara pembicaraan damai yang ditengahi PBB kembali diluncurkan bulan Mei 2015 lalu
Pembicaraan terakhir telah menimbulkan harapan dari pulau untuk bersatu dibawah oleh sistem federal, kemungkinan tujuan persatuan ini akan dapat dicapai pada akhir tahun ini. [IZ]