ACEH (Panjimas.com) – Aceh sebagai negeri berjuluk serambi Mekah, merupakan propinsi di ujung barat yang memiliki andil besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat, negeri awal mula penyebaran Islam di nusantara ini memiliki sumbangsih besar untuk kemerdekaan Indonesia. Tengok saja pesawat pertama milik RI, Dakota RI-001 Seulawah, merupakan sumbangan yang berasal dari 20 Kg emas rakyat Aceh pada Presiden Soekarno saat itu.
Rakyat Aceh yang dikenal gigih melawan penjajah Belanda, meskipun sempat kecewa dengan RI yang akhirnya tak menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara, kini telah memaafkan masa lalu dan hidup bergabung dalam di bawah payung NKRI.
Apalagi, sejak bencana Tsunami 26 Desember 2004, ratusan ribu rakyat Aceh menjadi korban bencana, menjadikan mereka dewasa, tak lagi mau meneruskan konfilik berdarah, pada 15 Agustus 2005, GAM dan pemerintah Indonesia akhirnya menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) sehingga mengakhiri konflik antara kedua pihak yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun.
Jangan Khianati Rakyat Aceh
Kini, rakyat Aceh ingin hidup tentram. Mereka tak ingin lagi diusik dengan masalah-masalah yang memancing konflik SARA, seperti maraknya misionaris dan gereja liar di Aceh Singkil yang meletus beberapa waktu lalu. (Baca: Tembak Mati Warga Muslim Aceh Singkil, FPI Aceh: Kristen Sudah Berani Melawan!)
Hal inilah yang seharusnya dipahami pemerintah RI. Sehingga FPI Aceh sebagai Ormas yang diterima dengan baik oleh rakyat Aceh ingin terus mengawal perdamaian.
Namun, mereka kecewa dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang mengancam akan memangkas Perda yang mewajibkan syariat berjilbab di Aceh. (Baca: Bertentangan dengan Undang-Undang, Perda Syariat Jilbab di Aceh Dipersoalkan Mendagri)
Jilbab, merupakan bagian dari syariat Islam yang diterapkan di Aceh, tak bisa dipisahkan dari masyarakat Muslim di Aceh.
Oleh sebab itu, Ketua FPI Aceh, Tengku Muslim At Thahiri mengecam sikap pemerintah yang diduga hendak mengusik syariat Islam di Aceh. (Baca: Ingin Pangkas Perda Jilbab, FPI Aceh Kecam Mendagri Jangan Sok Berkuasa dan Cari Masalah!)
“Jadi menteri jangan ngawur dan jangan merasa sok berkuasa, jangan cari-cari masalah dengan orang Aceh. Kami orang Aceh sudah mau berdamai dan mau kembali dalam pangkuan NKRI, maka jangan coba-coba khianati hak masyarakat Aceh,” kata Tengku Muslimm At Thahiri melalui pesan singkat kepada Panjimas.com, Kamis (25/2/2016).
Seperti disinggung di atas, rakyat Aceh pernah kecewa dengan Preseden RI Pertama, Soekarno yang tak mau menerapkan Syariat Islam sebagai dasar negara. Kini, setelah syariat Islam diterapkan sebagai bagian dari keistimewaan Aceh menurut Undang Undang, jangan lagi dikhianati.
“Karena bila masyarakat Aceh telah kecewa dengan sikap pemerintah Indonesia yang selalu ingkar janji dan selalu khianat kepada Islam, maka masyarakat Aceh akan siap angkat senjata lagi melawan RI lagi dan minta cerai dari RI agar tidak dilaknat oleh Allah,” tegasnya.
Maka FPI Aceh atas nama masyarat Aceh mendesak Presiden Jokowi mengganti Mendagri Tjahjo Kumolo.
“Mendesak presiden Jokowi untuk menganti Mendagri Tjahjo Kumolo dengan orang yang waras dan berwawasan kebangsaan, demi keutuhan negara,” ujarnya.
Ia pun mengungkapkan, jika aspirasi rakyat Aceh tak didengar, maka Presiden Jokowi tak boleh menginjakkan kaki di Aceh.
“Selama Mendagri ngawur belum diganti maka presiden jangan pernah masuk Aceh dan jangan memancing emosi bangsa Aceh. Jangan bangunkan harimau tidur, di Aceh masih banyak ulama yang berjiwa mujahid. Kalau ulama sudah marah, maka rakyat akan bangkit lebih dari gerakan Aceh merdeka,” tandasnya. [AW]