YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Aksi damai penolakan LGBT berlangsung di seputaran Tugu Pingit Yogyakarta pada Selasa (23/2/2016) sore. Acara bertema “Yogyakarta Istimewa Tanpa LGBT” ini diikuti oleh ribuan kaum muslimin dari berbagai elemen dan ormas Islam yang tergabung dalam wadah AM FUI DIY.
Dalam sambutannya, koordinator aksi yang diwakili.Ustadz Jarot, menyampaikan bahwa sebagai bukti keimanan seseorang adalah menolak hal-hal yang merusak tatanan kehidupan.
“Di sini kita membuktikan keimanan kita. Bahwa kita sebagai orang-orang mukmin, tidak setuju dengan hal-hal yang merusak hidup dan kehidupan. Baik kehidupan kaum muslimin maupun kehidupan alam semesta,” seru dia.
Jarot menegaskan, perilaku LGBT adalah sesuatu yang menjijikkan. Bahkan hewan pun tidak ada yang melakukannya kecuali babi. Dan ternyata hal itu berimbas kepada orang yang suka makan daging babi.
“Hewan pun tidak ada yang melakukan kawin sejenis kecuali babi, kecuali babi, kecuali babi. Dan ternyata itu berimbas kepada orang-orang yang suka makan daging babi!” cetus dia.
Kemudian Jarot nengingatkan kaum muslimin agar tidak dekat dengan pelaku LGBT kecuali untuk berdakwah mengajak dan membantu mereka kembali kepada fitrah.
Pada sesi tausyiyah, Amir AM FUI DIY Ustadz Umar Said melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat menyentuh.
“Siapa di antara kita yang ingin anak-anaknya menjadi lesbi? Siapa di antara kita yang ingin anak-anaknya menjadi seorang homo? Siapa di antara kita yang ingin anak-anaknya menjadi seorang waria? tanya Bang Umar dengan ekspresi yang dalam.
Kemudian lanjutnya tegas, “Demi Allah, demi Allah, apa yang kita lakukan ini bersama adalah bermanfaat bagi mereka-mereka semua, dari semua lapisan masyarakat yang menginginkan anak-anak mereka berlaku lurus dan berlaku jujur dan baik di hadapan Allah SWT.”
Ustadz sepuh ini pun mengingatkan bahwa aksi damai sore itu merupakan sebuah upaya amal shalih yang diharapkan bermanfaat bagi kehidupan di muka bumi.
“Kalian mengerti, bahwa kalian berada di sini ini adalah merupakan amal shalih, yang mesti harus kemudian diteruskan supaya amal shalih ini nantinya bermanfaat bagi semua yang berada di seluruh jagad raya,” tegas dia.
Sesi berikutnya adalah pembacaan deklarasi Yogyakarta Istimewa tanpa LGBT oleh Luqman dari Kokam, dan doa bersama yang dipimpin Ustadz Umar Said. Doa yang khuyuk dan menyentuh, hingga para peserta aksi tampak meneteskan air mata. Ya, karena mereka memohon dengan kesungguhan hati agar Allah SWT menyelamatkan generasi bangsa Indonesia dari kerusakan moral dan perusakan fitrah manusia. [IB]