JAKARTA, (Panjimas.com) – ‘’Alhamdulillah, sudah diobati gratis, dapat sirup lagi,’’ ujar Ny Umi sambil menggandeng anaknya yang memegang sebotol sirup dengan girang.
Ny Umi salah satu dari 150-an warga Kampung Sawah, Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara, yang mengikuti pengobatan gratis di kawasan pembuangan sampah akhir itu, Ahad (21/2).
Layanan medis cuma-cuma ini berlangsung sejak pagi hingga sore, bertempat di ruang kelas SD dan SMP Al Rahmah.
Pengobatan massal diselenggarakan oleh Rumah Sehat Dewan Dakwah, dibantu relawan Irman (Ikatan Remaja Masjid Nurul Hidayah) Kampung Sawah. Turut terlibat juga mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M Natsir (STID Natsir) yang membina warga setempat, Eko Saputro dan Kurniawan.
Para pasien kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak, serta sebagian lelaki tua. Mereka dilayani oleh Dokter Khusnul Khuluq yang akrab disapa Dokter Lulu, dibantu perawat Nurlita dan Ine Santika.
Menurut Dr Lulu, kebanyakan pasien menderita batuk, gangguan saluran pernafasan, dan gatal-gatal.
Kordinator Irman, Deni Nurhidayanto, sangat berterima kasih atas layanan pengobatan gratis dari klinik yang didirikan oleh LAZIS Dewan Dakwah ini.
‘’Kegiatan semacam ini sangat penting bagi kami untuk menunjang dakwah di sini,’’ katanya.
Kampung Sawah Cilincing, memang bukan Kampung Sawah Bekasi yang terkenal sebagai Kampung Kristen Betawi. Namun, warga Kampung Sawah Cilincing menjadi ajang aktivitas kemanusiaan maupun misionarisme dari berbagai kalangan.
Salah satu lembaga yang eksis di Kampung Sawah adalah Yayasan Relada Kasih, yang sejak tahun 1999 merintis pembangunan Balai Impian. Balai ini didirkian oleh Dalhing Hutasoit dan istrinya Lendi Nurhayati. Dengan menggandeng lembaga Pengembangan Kesehatan Masyarakat (PKM), alumnus IKIP Medan itu mula-mula memberikan penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis.
Kini, ratusan anak usia TK-SD Kampung Sawah digarap Balai Impian. Atas referensi Yayasan Relada Kasih, sudah lebih dari 100 anak menjadi anak asuh Harvest dan GBI Kampung Cacing, yang selama ini sangat aktif menyokong kegiatan Dalhing.
Kemudian ada juga Sekolah Ketrampilan Cilincing (SKC), yang didirikan pada 5 Desember 2003.
“Dari tahun 2003 sampai 2012, sudah seribu lebih orang yang lulus. Hampir seluruhnya diterima kerja di Garment,” terang Rith Rusdiana, guru bidang kerohanian di SKC, sebagaimana dikutip media nasrani.
Sekolah rakyat ini berawal dari kerinduan sekelompok orang yang tergabung dalam Persekutuan Doa (PD) Agape, di Plaza Bapindo, Sudirman, Jakarta Selatan.
Pengurus PD Agape kemudian bekerjasama dengan Ny Baker yang telah melayani dalam wadah Yayasan Berkat Kasih Imanuel (YBKI), di Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Utara, yang bergerak dalam bidang pendidikan dari TK sampai SMP.
Dari kunjungan ke YBKI, pengurus melihat ada sekelompok besar orang yang belum tersentuh oleh pelayanan. Mereka adalah orang atau anak putus sekolah yang tidak jelas nasibnya. Dari sinilah terselenggara SKC.
Selain gerakan misionaris Nasrani, relawan Budha Suci juga menyambangi warga Kampung Sawah.
‘’Kita khawatir, aktivitas-aktivitas misionaris berwajah kemanusiaan ini, lama-lama melunturkan aqidah warga muslim Kampung Sawah,’’ tutur Deni.
Sesuai amanat Pak Natsir, ‘’Jangan gusar kalau kolam kita dipancingi orang lain, sementara kita tidak memagarinya’’ maka Dewan Dakwah menempatkan da’i mahasiswa STID Natsir di Kampung Sawah.
Sejak setahun terakhir, keduanya membina warga setempat, dengan dukungan LAZIS Dewan Dakwah. Salah satu di antaranya layanan pengobatan gratis tadi.
Pada hari yang sama, LAZIS Dewan Dakwah bekerjasama dengan Ebi Bag Foundation juga menggelar pelatihan ketrampilan pengolahan sampah. Kegiatan ini diikuti puluhan ibu setempat.[RN]