JAKARTA, (Panjimas.com) – Penggiat Hak Asasi Manusia mengkritik sikap Facebook yang menghapus postingan anti lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Dewan Pembina Pusat Advokasi Hukum dan Ham (PAHAM), Heru Susetyo menyayangkan sikap Facebook yang dinilainya otoriter karena memblokir akun dan postingan pribadi yang berbeda sikap dengan LGBT.
“Facebook tidak konsisten, berstandar ganda dalam menyuarakan HAM hanya bagi kelompok pro LGBT dan otoriter dengan memblokir postingan kelompok anti LGBT,” ujar Heru, Senin (22/2/2016). Demikian dilansir republika.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang sekaligus pendiri Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) ini berpendapat alasan HAM dan antidiskriminasi Facebook terhadap LGBT ternyata tidak berlaku bagi mereka yang menolak LGBT. Hal ini terlihat ketika Facebook dengan semena-mena memblokir postingan dan berbagai unggahan opini melawan LGBT.
Seharusnya, menurut dia, Facebook tidak melakukan cara cara otoriter seperti itu, karena Facebook menjunjung tinggi HAM dan antidiskriminasi, lahir di negara menjunjung demokrasi seperti Amerika. Diungkapkan dia, Facebook sendiri tidak memblokir akun yang mendukung LGBT bahkan akun-akun yang mengarah pada postingan pornografi untuk kalangan LGBT.
Padahal, kata Direktur Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya-Arakan (PIARA) ini, bangsa Indonesia bisa protes ketika Mark Zurkerberg hanya mengenakan kaos dan celana jeans saat menemui Presiden Joko Widodo di AS dalam lawatan AS Summit beberapa hari yang lalu. Tapi, karena bangsa Indonesia memahami budaya HAM dan kebebasan berpendapat yang diyakini negara Paman Sam, akhirnya banyak pihak yang menghargai sikap CEO Facebook ini terhadap seorang kepala negara yang berdaulat.
Sayangnya, kata dia, sikap menghargai pendapat dan opini orang lain ini tidak ditunjukkan Facebook dalam menyikapi perbedaan mereka yang menentang LGBT termasuk di Indonesia. “Faktanya Facebook memiliki standar ganda khusus untuk LGBT,” kata dia. Beberapa pihak yang memposting opini terkait anti-LGBT, kemudian diblokir oleh Facebook tanpa alasan yang jelas, hanya karena Facebook mendukung LGBT.
Ia mengatakan, bila Facebook ingin bijak, seharusnya opini publik tidak boleh diblokir, namun silahkan dilawan dengan opini yang berbeda. Jadi bukan pemberangusan karena sikap yang berbeda, menurut dia, cara tersebut sangat otoriter tidak wajar bila diterapkan di perusahaan yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berpendapat, seperti di AS dan Indonesia.
Beberapa hari ini Facebook memblokir postingan di akun personal beberapa pihak yang diduga beropini anti-LGBT. Di antaranya Facebook memblokir tulisan Tere Liye penulis, yang memposting opini dan sikapnya yang anti-LGBT, kemudian akun FBnya Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang juga dblokir selama tiga hari karena sering memposting penolakan kampanye LGBT dan bahayanya. [RN]