ANKARA, (Panjimas.com) – 28 orang tewas dan puluhan lainnya menderita luka-luka di ibukota Turki, Ankara pada hari Rabu (17/02/2016) ketika sebuah mobil yang dipenuhi dengan bahan peledak eksplosfi, diledakkan di sebelah bus militer di dekat Markas Angkatan Bersenjata Turki, Parlemen dan gedung-gedung Pemerintahan lainnya, demikian dilansir Reuters.
Pihak Militer Turki mengutuk apa yang mereka sebut itu sebagai serangan teroris di bus saat mereka sedang menunggu di depan lampu lalu lintas di jantung administrasi ibukota anggota NATO baru itu.
Serangan bom mobil tersebut, merupakan yang terbaru dalam serangkaian pemboman tahun lalu yang sebagian besar menyalahkan pada kelompok Islamic State (IS), yang diduga serangan datang setelah Turki terlibat lebih jauh ke dalam perang Suriah, yang mana pihak Ankara mencoba untuk bertempur sengit dalam beberapa dekade terakhir di wilayah tenggara Suriah yang didominasi oleh milisi Kurdi, Untuk kepentingannya, Turki telah menghantam dan menyerang daerah-daerah yang dikuasai oleh pasukan Peshmerga Kurdi.
Presiden Tayyip Erdogan mengatakan tekad Turki untuk melawan orang-orang di balik tindakan tersebut hanya akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan bahwa dengan adanya insiden itu Turki tidak akan ragu untuk menggunakan haknya untuk membela diri.
“Kami akan melanjutkan perjuangan kami melawan pion-pion yang melakukan serangan tersebut, yang tidak mengenal batas moral atau kemanusiaan, dan juga melawan kekuatan di belakang mereka dengan tekad lebih setiap harinya,” katanya dalam keterangan tertulis.
Wakil Perdana Menteri dan juru bicara pemerintah, Numan Kurtulmus mengatakan bahwa 28 orang termasuk tentara dan warga sipil tewas dan 61 lainnya menderita luka-luka dalam ledakan yang terjadi di dekat persimpangan padat saat keramaian malam, tak jauh hanya 500 meter dari gedung Parlemen Turki .
Menteri Kehakiman, Bekir Bozdag menggambarkan serangan itu sebagai aksi terorisme dan mengatakan kepada Parlemen, yang sedang dalam sesi pada saat itu, bahwa mobil telah meledak di sebuah bagian dari jalan berjajar di kedua sisi menghantam kendaraan militer.
Perdana Menteri Ahmet Davutoglu, yang sedianya akan menghadiri pertemuan di Brussels pada Krisis Migrasi hari Kamis (18/02/2016), membatalkan perjalanannya, demikian menurut seorang pejabat di kantor PM mengatakan. Selain itu, Presiden Erdogan juga menunda rencana kunjungan ke Azerbaijan.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu.
Sebuah sumber keamanan senior mengatakan bahwa tanda-tanda awal menunjukkan bahwa milisi Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang dan tidak sah, Kurdistan Workers Party (PKK) disebut berada dibalik serangan tersebut. Sumber-sumber keamanan lainnya yang terpisah di wilayah tenggara Turki , bagaimanapun, mengatakan bahwa mereka percaya bahwa kelompok Islamic State (IS) mungkin berada dibalik insiden itu.
“Saya mendengar ledakan besar. asap dan bau benar-benar kuat menyengat meskipun kami berada sekian blok jauhnya,” kata seorang saksi mata kepada Reuters. “Kami bisa segera mendengar ambulans dan sirene mobil polisi bergegas ke tempat kejadian.”
Jam Sibuk
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Turki mengatakan pihak berwenang masih mencoba untuk menentukan jumlah korban tewas dan terluka, mereka telah dibawa ke beberapa Rumah Sakit di daerah. Pihak Kepolisian Ankara mengatakan bahwa mereka sedang memeriksa rekaman-rekaman CCTV dari mobil yang digunakan dalam serangan itu.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan puing-puing hangus setidaknya ada 2 bus dan mobil. Ledakan, datang tak lama setelah pukul 18.30 malam hari (06.30 pm), yang kemudian menngakibatkan segumpal besar asap mengepul di atas pusat kota Ankara.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengutuk serangan itu. “Sekutu-sekutu NATO berdiri bahu-membahu dalam memerangi terorisme,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Turki menghadapi beberapa ancaman keamanan. Ancaman ini adalah bagian dari resiko koalisi militer pimpinan AS memerangi Islamic State (IS) di Suriah dan Irak, dan aksi militer Turki yang telah menembaki milisi Peshmerga Kurdi di Suriah utara dalam beberapa hari terakhir.
Turki juga telah berjuang melawan milisi-milisi PKK di wilayah tenggara dalam negerinya di mana kesepakatan gencatan senjata 2 tahun runtuh di bulan Juli 2015 lalu, yang berakibat daerah tenggara mengalami kekerasan terburuk sejak tahun 1990-an.
PKK, Kurdistan Workers Party, telah berjuang dalam pemberontakan selama 3 dekade untuk mendapatkan otonomi Kurdi. PKK seringkali menyerang sasaran militer di masa lalu, meskipun kini sebagian besar serangan telah difokuskan terutama pada wilayah tenggara Kurdi.
Lebih dari 100 orang tewas di Ankara bulan Oktober lalu dalam serangan menyalahkan kelompok Islamic State(IS), ketika 2 Bom Jibaku menyerang sebuah demonstrasi pro-Kurdi dan aktivis buruh di luar stasiun kereta api utama ibukota Ankara.
Sebuah bom jibaku di jantung bersejarah kota Istanbul terjadi pada bulan Januari lalu, menewaskan 10 wisatawan Jerman, sementara itu bom jibaku juga telah menewaskan lebih dari 30 orang di kota Suruc dekat perbatasan Suriah Juli lalu. [IZ]