ANKARA, (Panjimas.com) – Menteri Pertahanan Turki Ismet Yilmaz menyebut pasukan Rusia dan rezim Syiah Nushairiyah Bashar al-Assad menggunakan tragedi kemanusiaan di Suriah sebagai senjata melawan Turki dan Eropa.
Dalam pidatonya di Parlemen Turki di Ankara hari Selasa, (16/02/2016), Ismet Yilmaz mengatakan bahwa Moskow telah melakukan 7.200 serangan udara sejak 30 September 2015 ketika intervensi militer Rusia dimulai, seperti dilansir oleh AA.
“Namun, 88 persen dari serangan-serangan udara Rusia itu malah menargetkan warga sipil dan pasukan pihak oposisi kelompok-kelompok Mujahidin Suriah, sementara hanya 12 persen dari serangan itu yang menyasar basis Islamic State (IS). Akan tetapi kita tidak bisa melihat efek nyata dari serangan udara pada Islamic State (IS), sebaliknya, malah serangan udara Rusia menyokong kerja sekutu-sekutu Assad di Suriah, “kata Yilmaz.
“Rusia tidak mencari solusi politik di Suriah, hanya solusi militer,” Yilmaz menambahkan, ia pun mencatat bahwa puluhan ribu orang melarikan diri ke perbatasan Turki akibat pemboman terus-menerus oleh Rusia.
5 fasilitas medis dan 2 sekolah di Aleppo dan Idlib baru-baru ini dihantam oleh serangan rudal Rusia hari Senin (15/02/2016), PBB mengatakan sekitar 50 warga sipil tewas dan melukai puluhan orang lainnya , termasuk anak-anak.
Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan pernyataan mengutuk keras serangan Rusia, bahkan menyebut Rusia unconscionable and obvious war crime under international law “secara nyata melakukan kejahatan perang dibawah hukum internasional”.
Juru bicara HAM PBB, Rupert Colville juga mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada hari Selasa (16/02/2016): “bahwa jika serangan Rusia itu disengaja, dengan menargetkan fasilitas medis dan pendidikan itu, hal itu bisa dianggap sebuah kejahatan perang.”
Situasi Suriah tetap terkunci dalam perang sipil sejak awal 2011 ketika rezim Presiden Bashar al-Assad menumpas demonstrasi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga.
Sebagaimana diketahui secara luas bahwa pesawat-pesawat tempur rezim Assad dan militer Rusia beroperasi di atas daerah-daerah tersebut. Menurut Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Syrian Network for Human Rights (SNHR), Rusia dan pasukan loyalis Assad bertanggung jawab atas 1.195 nyawa dari 1.395 kematian warga sipil di Suriah bulan lalu.
Perang Suriah, akan memasuki tahun ke-6 bulan depan, dilaporkan telah menewaskan lebih dari 470.000 korban tewas dan membuat negara ini menjadi sumber tunggal terbesar pengungsi dan orang terlantar di dunia , angka ini menurut laporan terbaru dari Syrian Center for Policy Research figures (SCPR). [IZ]