BRUSSELS, (Panjimas.com) – Seorang pejabat tinggi militer Arab Saudi pada hari Jumat (12/02/2016) menegaskan kesiapan Kerajaan Arab Saudi (KSA) untuk mengirim pasukan khusus untuk memerangi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di dalam wilayah Suriah, meskipun ada penentangan langsung dari pihak Rusia, Syiah Iran dan rezim Syiah Nushairiyah Assad, demikian dilansir oleh The Guardian.
Brigadir Jenderal Ahmed Asiri, penasihat Wakil Putra Mahkota Muhammad bin Salman, mengatakan bahwa Arab Saudi akan “berpartisipasi dengan pasukan darat setelah adanya kesepakatan dengan pimpinan koalisi, Amerika Serikat”.
“Partisipasi militer Ini kemungkinan besar dilakukan dengan sejumlah kecil pasukan khusus untuk mendorong operasi militer darat dan mencapai hasil positif bagi koalisi”, kata Brigjen Asiri setelah pertemuan dengan perwakilan koalisi pimpinan AS di Brussels.
Ikrar keputusan ini kemungkinan tidak akan terpengaruh oleh kesepakatan gencatan senjata nasional, menyusul Munich Deal , dimana ini tidak termasuk dengan operasi militer melawan IS (Islamic State).
Sekutu rezim Suriah (Rusia) telah mengutuk prospek dikerahkannya pasukan darat Saudi di Suriah, yang mana Menteri Luar Negeri Suriah mengatakan bahwa setiap pasukan darat Saudi yang menyerang mereka akan pulang dalam peti mati.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Jan Eliasson mengatakan pada konferensi pers awal pekan ini di Dubai bahwa prospek pengerahan pasukan darat dan serangan udara intensif (yang dilakukan oleh Rusia dalam jangka kedepan ke Munich Meeting) adalah eskalasi berbahaya dalam konflik Suriah. [IZ]