ALEPPO, (Panjimas.com) – Pasukan rezim Assad yang didukung oleh militer Rusia sedang melakukan kebijakan yang disengaja yakni ‘ethnic cleansing’ , kebijakan pembersihan etnis di sekitar kota Suriah utara, Aleppo, demikian pernyataan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu pada hari Rabu (10/02/2016), dilansir oleh Reuters.
Pada sebuah konferensi pers di The Hague dengan rekan Belanda-nya, PM Ahmed Davutoglu mengatakan bahwa 60.000 imigran Suriah telah melarikan diri dari kekerasan Assad dan Rusia menuju ke perbatasan Turki dan, untuk sementara ini, Turki tidak akan menutup pintu perbatasan, prioritas utama adalah untuk memberikan bantuan kepada mereka di dalam wilayah Suriah.
“Salah satu tujuan dari serangan-serangan terbaru (Assad dan Rusia) adalah melakukan pembersihan etnis. Kebijakan Pembersihan etnis di Suriah dan Aleppo bertujuan untuk mengkondisikan agar hanya pendukung rezim Syiah Nushairiyah saja yang dapat tinggal, hal ini sedang dilakukan oleh Assad dan Rusia dengan cara-cara yang sangat disengaja, ” kata PM Davotuglu, Seperti dilansir oleh Al Arabiya.
“Setiap pengungsi Suriah yang kami terima membantu kebijakan pembersihan etnis mereka, tapi kami akan terus menerima (pengungsi).”
Pasukan pemerintah Suriah, yang disokong oleh serangan udara Rusia dan para milisi Syiah Hizbullah Iran dan Lebanon, telah meluncurkan serangan besar-besaran di pedesaan di sekitar Aleppo.
PBB telah memperingatkan, pada hari Selasa (09/02/2016) lalu, bahwa ratusan ribu warga sipil diblokade dan di-embargo dari aspek pasokan logistik makanan dan medis jika area-area yang dikendalikan kelompok faksi-faksi mujahidin Suriah dikelilingi dan dihadang oleh mereka [Assad, Syiah Iran dan Lebanon]. Baik PBB dan Uni Eropa [EU] telah mendesak Turki untuk membuka perbatasannya
PM Davutoglu mengatakan permintaan itu sangat munafik dari mereka [PBB & EU] yang telah gagal menghentikan serangan-serangan udara Rusia di Suriah, namun sekarang mereka [PBB dan Uni Eropa] malah meminta Turki untuk menjaga perbatasan agar tetap terbuka, Davotuglu menegaskan pula bahwa Turki telah membantu lebih dari 2,6 juta pengungsi Suriah selama perang 5 tahun itu.
Perbatasan Turki di Oncupinar, dimana puluhan ribu warga Suriah melarikan diri dari serangan-serangan pemboman di Aleppo telah berkumpul, tetap tertutup untuk semua tetapi terbuka bagi mereka yang terluka parah, truk bantuan dan ambulans, dimana organisasi-organisasi bantuan Turki mengirim pasokan logistic ke sisi Suriah.
Davutoglu juga menuduh kelompok PYD Kurdi Suriah telah menyerang warga sipil dan bekerja sama dengan pasukan Rusia. “mereka bersalah atas kejahatan perang.”, kat PM Davotuglu.
Amerika Serikat [AS] melihat PYD Kurdi Suriah sebagai sekutu yang berguna dalam memerangi Islamic State (IS) di Suriah, akan tetapi pihak Ankara memandang mereka sebagai kelompok teroris dengan link ideologis dan logistik untuk para militan Kurdi di wilayah tenggara Turki. [IZ]