CILACAP (Panjimas.com) – Pemindahan mendadak Ustadz Abu Bakar Ba’asyir usai sidang PK di PN Cilacap, Jawa Tengah, ternyata memiliki tujuan tertentu. (Baca: Tanpa Pemberitahuan, Usai Sidang PK Ustadz Ba’asyir Dipindah Mendadak Ke Lapas Pasir Putih)
Koordinator Tim Pengaca Muslim (TPM), Achmad Michdan sempat mengecam aksi tak manusiawi aparat terhadap ulama sepuh, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. (Baca: TPM Kecam Tindakan tak Manusiawi terhadap Ulama Sepuh, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir)
“Waktu itu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dipindahkan secara mendadak usai sidang, beliau bahkan belum sempat makan siang,” kata Achmad Michdan kepada Panjimas.com, Jum’at (12/2/2016).
Beberapa hari kemudian, akhirnya terkuak. Pemindahan mendadak Ustadz Ba’asyir bersama empat terpidana lainnya yakni, Ustadz Aman Abdurrahman, Ustadz Abrory, Iwan Darmawan (Rois) dan Hari Kuncoro, ternyata bagian dari skenario untuk menjamu kunjungan para pejabat.
Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Kepala Badan Nasional Penggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Saud Usman Nasution dan Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid, melakukan kunjungan ke Lapas Pasir Putih, Nusakambangan, pada Kamis (11/2/2016).
Ustadz Ba’asyir menjadi orang yang paling pertama “mencicipi” sel Super Maximum Security (SMS) LP Pasir Putih, yang baru saja selesai dibangun. Kemudian disusul empat napi lainnya menghuni lapas tersebut.
Luhut mengungkapkan, para Napi di sel tersebut tidak bisa berkomunikasi dengan pihak lain. Termasuk sesama penghuni Lapas, kemudian dalam blok penjara dibagi menjadi blok Teroris dan Narkoba.
Khusus untuk Napi teroris, pihak Lapas membagi menjadi tiga blok dengan pengamanan dan perlakuan khusus, yakni sel untuk idiologi, simpatisan dan garis keras.
Pembagian blok penjara ini, agar ajaran terorisme ini tidak berkembang. Dengan jumlah kamar yang ada saat ini mencapai 20 kamar.
“Khususnya, mereka yang bisa berkomunikasi keluar, jadi yang teroris sendiri, yang narkoba yah di blok narkoba. Khusus yang teroris, mereka tidak boleh berdua, satu orang satu sel. Untuk teroris, kita bagi menjadi tiga blok khusus, yakni idiolog, garis keras dan simpatisan,”kata Luhut selepas tiba di Dermaga Wijayapura Cilacap, seperti dilansir RRI, pada Kamis (11/2/2016).
Lapas Pasir Putih ini, disebut-sebut sebagai penjara paling ketat di Indonesia. Selain tidak ada alat komunikasi yang bisa menjangkau, penjagaan juga dilakukan oleh Sipir dan Personil Polisi.
Penjaga ini berada tidak hanya di pintu masuk, namun disetiap masing-masing blok. Pemerintah juga akan memberlakukan jam besuk khusus, untuk para pengunjung. [AW]