SOLO, (Panjimas.com) – Memperingati momen Milad HMI Ke-69, bertempat di Gedung Insan Cita Solo hari Sabtu (06/02/2016), Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Muh.Iqbal mengadakan Studium General, yang mengusung tema “ Tantangan HMI dalam Menghadapi Arus Pemikiran Dunia Menuju Kebangkitan Islam”.
Dalam release-nya kepada Panjimas, Adhytiawan Suharto, Ketua HMI Muh.Iqbal mengatakan bahwa HMI dapat bertahan begitu lama sebagai organisasi Mahasiswa tertua, dikarenakan generasi pertama HMI (masa agresi militer dan orde lama) telah menanamkan tiang yang kuat pada aspek Keislaman HMI, lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tiang yang kuat tersebut ditanamkan dalam bentuk pemikiran ideologis serta perjuangan fisik.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa “Islam dalam organisasi HMI bertujuan menanamkan nilai tauhid dalam jiwa para kadernya”,
Terkait dengan tema yang diusung dalam Milad HMI ke-69 kali ini, Adhytiawan, memaparkan bahwa tema kali ini mengambil inspirasi dari sejarah HMI yang telah banyak berkiprah di dunia internasional, misalnya Dr. Ir. Imaduddin Abdurrahim, M.Sc (Tokoh HMI Bandung), yang di masanya sudah mampu menjalin hubungan dengan mahasiswa muslim di timur tengah, Proses komunikasi antar-mahasiswa ini dibuktikan dengan lahirnya “Latihan Mujahid Dakwah” (LMD) di kalangan mahasiswa Islam kala itu.
Hari ini, ide-ide semacam LMD (Latihan Mujahid Dakwah) telah hilang dengan maraknya pemberitaan tentang Islam Radikal, terrorisme dsb, sehingga terjadi penggembosan kader pemuda Islam dalam hal Akidah dan akhlak, paparnya.
Mahasiswa Ilmu Sejarah UNS ini menjelaskan bahwa “Kami ingin mengambil inspirasi dari konsep ‘Latihan Mujahid Dakwah’, yang dahulu berhasil memproduksi kader-kader HMI yang memiliki Ghirah dan militansi Islam yang tinggi, saya kira ini perlu digaungkan kembali dalam Milad ke-69”, pungkasnya.
“Ide semacam ini bukanlah hal aneh, karena Solo sendiri historis-nya merupakan tempat lahirnya ”Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam” (LDMI)” pada masa Kongres tahun 1966, dari rahim LDMI inilah kemudian lahir tokoh-tokoh HMI seperti Ustad Abu Bakar Ba’asyir, Dr. Imaduddin Abdurrahim, Prof. Dr. Miftah Faridh (Sesepuh DDII, Ketua MUI Jawa Barat), Endang Saifudin Anshari, dsb”, demikian menurut Ketua HMI kom. Muh.Iqbal itu.
Deradikalisasi Islam dan Infiltrasi Ideologi
Didaulat sebagai pembicara dalam Studium General peringatan Milad HMI ke-69 adalah H. Sugeng Riyanto, SS (Ketua DPD PKS Solo) yang juga merupakan alumni HMI Kom. Muh. Iqbal tahun 1997-1998.
Sugeng Riyanto, memaparkan bahwa “Umat Islam sebagai umat yang diridhoi Allah SWT, memiliki bekal dan pedoman kuat untuk selalu berpegang teguh pada tali agama Allah yakni, Tauhid. Tauhid sebagai kekuatan yang murni dan suci ini juga berfungsi sebagai simbol persatuan Islam di dunia”, paparnya
“Sendi-sendi kehidupan Islam saat ini berusaha dicerai-beraikan oleh kekuatan Barat dengan Deradikalisasi Islam dan Infiltrasi Ideologi, maka kekuatan tauhid ini menjadi sangat penting bagi dunia Islam hari ini”, jelas anggota DRPD Surakarta periode 2014-2019 ini.
Menurut Sugeng, di kalangan umat Islam 2 aspek diatas sudah masuk ke dalam sendi-sendi organisasi Islam. “Bentuk deradikalisasi Islam muncul dalam berbagai bentuk sehingga banyak manipulasi yang muncul atas nama Islam”.
Maka dari itu di kalangan mahasiswa Islam muncul banyak bentuk pemikiran oplosan yang dicampur dengan ideologi barat, saat ini terdengar Islam Liberal, Islam Komunis dan lainnya dalam tubuh generasi muda Islam, kata Sugeng
Sugeng Riyanto, mengatakan “derasnya arus pemikiran barat mengalihkan generasi muda Islam, sehingga ghirah Islam di kalangan mahasiswa saat ini sangat lemah dan justru tauhid tidak lagi dijadikan pegangan”.
Sementara itu terkait dengan infiltrasi ideologi, Sugeng menjelaskan bahwa gencarnya kekuatan dan arus global yang ada, membuat ‘positioning’ Islam hanya menjadi bahan mainan, karena sering pula Islam dijadikan simbol ‘perlawanan dunia’.
Keseimbangan Proporsi Pola Perkaderan
Menurut Sugeng Riyanto, solusi dari semua tantangan itu adalah kembali lagi ke nilai-nilai dan ajaran Islam yang kaffah, maka HMI harus memiliki proporsi aspek spiritual yang lebih, dalam hal kaderisasi dan jangan sampai berat sebelah, intelektualitas perlu diseimbangkan dengan amaliyah sehari-hari, pungkasnya.
“Hingga kini yang saya amati, dinamika intelektual di HMI belum tertandingi organisasi mahasiswa lain, tapi HMI juga perlu mengembangkan aspek kehidupan spiritualitas”, ujar alumnus Jurusan Ilmu Sejarah UNS ini.
Kebiasaan membangun tradisi ubudiyah yang kuat penting untuk menyejukkan dan menentramkan jiwa, maka dalam konteks pola perkaderan harus ada keseimbangan secara proporsional antara akal pemikiran, ruhiyah dan fisik”, tuturnya
Aspek fisik dalam hal ini yang mengacu pada olahraga yang dianjurkan Rasullulah SAW, memanah, renang, dan berkuda, sehingga kader HMI akan mampu menghidupkan fikiran, hati, dan jiwa.
Di akhir pemaparan Studium Generalnya, Sugeng menitipkan pesan bahwa “HMI harus mampu menggagas kembali Islam sebagai sumber inspirasi utama, selain itu, HMI juga harus mampu melakukan konsolidasi gerakan dengan menggagas Islam sebagai sumber pergerakan HMI yang tertanam dalam setiap jiwa para kadernya”.
Acara peringatan Milad HMI ke-69 HMI Komisariat Iqbal ini kemudian dilanjutkan dengan doa dan tasykuran bersama serta ramah-tamah antar-kader HMI di Gedung Insan Cita Solo.[IZ]