NAIROBI, (Panjimas.com) – Kabar memprihatinkan datang dari Somalia, dimana Jutaan Muslim Somalia kini menghadapi kelaparan dan ancaman gizi buruk bagi para balita.
Sebagaimana diketahui, Somalia merupakan Negara yang hampir 100 persen penduduknya adalah Muslim Sunni.
Menurut sebuah laporan terbaru PBB, lebih dari 4,7 juta orang di Somalia dilanda bencana kekeringan dan sedang dalam kondisi darurat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Food Security and Nutrition Analysis Unit for Somalia (FSNAU), Satuan Unit Analisis untuk Keamanan Pangan dan Nutrisi Somalia, sebuah proyek yang dikelola oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB baru-baru ini menunjukkan bahwa sekitar 40 persen dari populasi Somalia sedang dalam kondisi darurat “rawan pangan” (food insecure).
Berbicara kepada Anadolu Agency pada hari Senin (08/02/2016), Frank Nyakairu, juru bicara Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) di Kenya, mengatakan bahwa fenomena cuaca El Nino sebagian harus disalahkan atas kondisi kekeringan yang melanda negara Afrika Timur ini.
“4,7 juta orang membutuhkan bantuan pangan karena minimn ya curah hujan di Negara Tanduk wilayah benua Afrika itu; situasi keamanan makanan sangat mengkhawatirkan, dimana 68 persen dari mereka yang terkena dampak adalah para pengungsi internal Somalia, “kata Frank Nyakairu.
Nyakairu mengatakan bahwa menurut survei yang dilakukan oleh FAO dari bulan Oktober sampai Desember tahun lalu, lebih dari 304.700 anak di bawah usia 5 tahun di Somalia kekurangan gizi akut.
Peter de Clercq, Koordinator Bidang Kemanusiaan PBB untuk Somalia mengatakan bahwa “Kami sangat prihatin dengan proporsi warga Somalia yang “rawan pangan” tetaplah tinggi, terutama orang-orang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari mereka.”
“Sekitar 3,7 juta orang akan dalam kondisi “rawan pangan” saat melalui pertengahan 2016. Dengan kondisi kekeringan yang parah terutama secara intensif di Puntland dan Somaliland, lebih banyak orang sangat berisiko kembali dalam masa krisis. ”
Hal ini, menurut De Clercq, mengulangi bahwa tingkat kekurangan gizi di kalangan anak-anak, menjadi perhatian serius; Somaliland dan Puntland yang paling terpengaruh oleh kekeringan yang disebabkan oleh El Nino.
“Bantuan kemanusiaan sangatlah penting dan telah mencapai hasil ketahanan pangan positif, sangat besar dalam beberapa tahun terakhir. Tapi dengan ini saja tidak akan membebaskan Somalie dari bencana kelaparan.
“Kita harus melihat cara-cara untuk menghapus penyebab bencana kelaparan. Mengatasi kelaparan adalah prioritas pembangunan, selain prioritas kemanusiaan, “tambah De Clercq.
Melihat rekam jejak sejarah bencana kelaparan di Somaloa, Laporan PBB juga menunjukkan bahwa di tahun 1992, lebih banyak orang tewas di Somalia karena kelaparan dimana saat itu, terdapat 220 ribu warga Somalia tewas.
Salah satu penulis laporan, Ekonom Senior FAO, Mark Smulders beberapa tahun lalu pernah menjelaskan, bahwa Somalia telah menderita kemarau terburuk sepanjang 50 tahun terakhir di seluruh Afrika. “Logistik habis , Warga tidak memiliki akses ke makanan,” ujarnya. [IZ]